Di negara manapun para individu angkatan bersenjata, baik itu prajurit angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara ataupun anggota kepolisian, merupakan para individu terpilih yang telah melewati serangkaian seleksi ketat dengan standar yang tinggi. Perisapan matang tidak menjamin bahwa setiap individu dapat menjadi seorang prajurit. Pada aspek fisik justru bawaan lahiriah merupakan hal utama yang menentukan apakah seseorang berpotensi untuk menjadi seorang prajurit atau tidak.
Dengan penyaringan yang selektif para calon prajurit akan melewati serangkaian tes yang menentukan mana yang terbaik di antara yang baik untuk kemudian dapat mengikuti pendidikan pembentukan. Semakin tinggi golongan kepangkatannya semakin tinggi pula standar yang harus dilampaui.Â
Setelah mengikuti pendidikan pembentukan para prajurit akan tetap perlu berupaya untuk dapat mengikuti pendidikan pengembangan karir demi mendapat kesempatan promosi kenaikan pangkat dan jabatan yang lebih besar.Â
Hal ini mendorong lahirnya narasi bahwa mereka adalah individu-individu terpilih yang memiliki keunggulan. Sebagai ilustrasi pada TNI AD dikenal pola jenjang pendidikan pembentukan dan pengembangan karir yang perlu ditempuh untuk dapat menjadi perwira tinggi. Dimulai dari pembentukan perwira muda melalui Akademi Militer (Akmil) atau Sekolah Perwira - Prajurit Karir (Sepa PK), dilanjutkan dengan pendidikan pengembangan kecabangan melalui Kursus Dasar Kecabangan, misal Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (Sussarcabif) di Pusat Kesenjataan Infanteri di Bandung bagi mereka yang akan mengenakan baret hijau.Â
Menuju pangkat Kapten para perwira muda perlu melewati Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) dan pada saat Mayor idealnya sudah dapat mengikuti pendidikan pada Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Ini belum termasuk berbagai pendidikan pengembangan keahlian teknis seputar keterampilan militer dan pendidikan singkat terkait persiapan memangku jabatan struktural.
Bekal pendidikan Seskoad dapat dikata cukup dalam menyiapkan para perwira menengah berpangkat Mayor atau Letnan Kolonel untuk kemudian diproyeksikan memegang jabatan komando strategis teritorial ataupun pasukan seperti Komandan Batalyon, Komandan Distrik Militer, Komandan Resort Militer hingga Panglima Daerah Militer atau Panglima Divisi.Â
Sederhananya kompetensi lulusan Seskoad cukup untuk dapat berkecimpung sebagai perwira tinggi di lingkungan internal Angkatan Darat. Seusai mengikuti Seskoad maka para perwira menengah dapat mengikuti pendidikan Sesko TNI yang merupakan lembaga pendidikan pengembangan karir yang menyiapkan para perwira untuk dapat memegang jabatan strategis pada lingkup TNI secara terpusat.Â
Dengan kata lain perwira lulusan Sesko TNI memiliki kesempatan besar untuk menjadi perwira tinggi di lingkungan Mabes TNI.
Selanjutnya masih ada pendidikan pengembangan karir yang menyiapkan individu-individu terpilih untuk dapat memegang jabatan strategis yang memengaruhi roda pemerintahan hingga lingkup nasional, yakni Lembaga Ketahananan Nasional (Lemhannas). Selain perwira TNI - Polri, para Direktur Jenderal tingkat Kementerian dan bahkan para kepala daerah dan anggota DPR/DPRD juga perlu mengikuti kursus di lembaga ini.Â
Para perwira tinggi lulusan Lemhannas dinilai mampu berkiprah di lingkungan yang lebih luas seperti menduduki jabatan eselon I di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Pertahanan, Kemenkopolhukam dan lain sebagainya. Bahkan banyak yang diperbantukan di institusi yang tidak berkaitan dengan pertahanan-keamanan. Ini menegaskan bahwa setiap perwira memang diorientasikan pada penekanan leadership dalam rangka  kemampuan mengatasai masalah, mulai dari yang bersifat mikro ketika memimpin satuan hingga makro dalam cakupan nasional yang bersifat non-militer.Â
Serangkaian pendidikan tersebut terbukti efektif mencetak individu yang tidak hanya mampu mengelola lembaganya namun juga dapat berkiprah pada tingkat manajerial di lingkungan sipil. Terlepas dari kontroversinya, sejak reformasi sekalipun bahkan hingga hari ini sejumlah pensiunan angkatan bersenjata banyak yang berhasil meraih posisi sebagai kepala daerah melalui pemilihan umum, legislator, duta besar, komisaris perusahaan nasional, hingga terpilih sebagai anggota kabinet.