Kompasianer pernahkah kalian terpikirkan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri? Atau mungkin Kompasianer sedang mempertimbangkanya?
Tentunya ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk melakukannya. Mulai dari biaya, tempat tinggal, budaya dan persetujuan dari pihak keluarga untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Hari ini, kita akan membahas mengenai pendidikan lanjutan ke Negeri Jiran, Malaysia.
Negara malaysia atau yang dikenal dengan sebutan Negeri Jiran ini memiliki waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA). Hal ini membuat cukup banyak calon mahasiswa dari indonesia yang tertarik untuk menempuh pendidikan disana. Terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri tetapi tidak mau terlalu jauh dari teman dan keluarga di Tanah Air.
Selain karena jarak dan waktu tempuh yang lumayan cukup singkat, perbedaan budaya yang tidak terlalu signifikan seperti bahasa yang mudah dipahami dan ketersediaan makanan halal pun menjadi salah satu faktor pertimbangan untuk melanjutkan pendidikan di Malaysia terutama untuk masyarakat yang beragama muslim.
Bahasa melayu yang digunakan oleh masyarakat malaysia untuk berkomunikasi memiliki logat dan aksen kental yang khas. Pada awalnya mungkin kompasianer akan merasa bingung karena pengucapan yang cukup cepat dan memiliki perbedaan arti kata.
Contohnya, kata "kereta" memiliki arti sebagai mobil sedangkan dalam bahasa indonesia diartikan sebagai alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif. Namun begitu, masyarakat malaysia cepat dalam menanggapi dan paham mengenai perbedaan Bahasa Indonesia dan Melayu. Apabila kompasianer ragu, Bahasa Inggris juga dapat digunakan dan dimengerti oleh masyarakat setempat. Tentunya tergantung dengan kemampuan setiap orang yang berbeda-beda.
Mengenai biaya kuliah di Malaysia semua tergantung pada institusinya masing masing dan program studi yang dipilih oleh calon mahasiswa. Secara keseluruhan, biaya kuliah untuk mahasiswa internasional memang lebih mahal dibandingkan dengan mahasiswa lokal yang menerima subsidi dari kerajaan. Namun hal tersebut jangan membuat Kompasianer merasa berkecil hati karena peluang untuk mendapatkan beasiswa selalu terbuka.
Setiap mahasiswa baru berkemungkinan besar untuk mendapatkan kamar asrama kampus yang disebut sebagai kolej. Kamar yang disebut sebagai bilik kolej pun beragam dan dapat disesuaikan keinginan apabila tersedia. Beberapa penyesuaian tersebut termasuk kamar single atau shared, kamar mandi (tandas) dalam kamar, dan juga pendingin ruangan. Untuk penggunaan dapur beragam dari setiap institusi. Ada yang menyediakan pantry dan dapur, dan ada juga yang tidak menyediakan.
Tetapi jika Kompasianer lebih memilih untuk tinggal diluar kampus, Kompasianer dapat meminta rekomendasi dari kampus untuk tempat penginapan apartemen diluar kampus.
Makanan khas Negeri Jiran memilki cita rasa yang khas dan unik. Kantin akan selalu ada sejauh mata memandang dengan harga yang cocok untuk kantong mahasiswa. Lebih baik nya lagi, harga makanan yang dijual di dalam kampus lebih murah dibandingkan diluar kampus. Dari waktu ke waktu akan ada berbagai macam bazar yang hadir dalam kampus atau daerah luar sekitar kampus, jadi pastikan Kompasianer selalu bertanya-tanya ya!
Jika suatu saat Kompasianer rindu dengan masakan Tanah Air, Kompasianer tidak perlu khawatir karena ada beragam pilihan makanan khas Indonesia yang tersedia. Menu andalan yang kerap dijumpai adalah Ayam Penyet, Ayam Geprek, Opor, Rendang, dan masih banyak lagi. Ketersediaan tempat makan Indonesia pun tak kalah saing dengan penjual lokal.
Jadi bagaimana Kompasianer? Apakah Kompasianer makin tertarik untuk belajar di Negeri Jiran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H