Mohon tunggu...
Mohammad Okky Tri Hartanto
Mohammad Okky Tri Hartanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alfakir ilmu yg haus akan ilmu, tidak ada kata untuk berhenti belajar & mencari ilmu,, Namun adab lebih utama dari pada ilmu,,

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suka Duka Belajar Bahasa Arab dan Inggris

26 Desember 2022   09:24 Diperbarui: 26 Desember 2022   09:30 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suka duka belajar bahasa yang bikin pusing

Bahasa arab adalah bahasa yang menurut saya, aneh dan bisa meningkatkan IQ seseorang. Rumitnya pelajaran ini selalu membuat saya pusing ketika guru mengajar di kelas.  Saya telah diajarkan mata pelajaran ini sejak kelas tiga madrasah ibtidaiyah. Karena ini adalah sekolah Islam, ada kursus bahasa Arab. Berbeda dengan bahasa daerah negara kita yaitu bahasa sunda dan bahasa jawa.

Mulailah dengan pengucapan yang membuat lidah dan bibir saya lembut dan elastis. Jika sebuah huruf diucapkan dengan benar, Belum tentu mengerti arti kata tersebut. Tidak semudah ilmu eksakta matematika dan biologi.

Kemudian, setelah pindah ke kelas yang lebih tinggi, kelas lima MI, guru mulai mengajarkan tata bahasa Arab tentang nahwu yang lebih menyebalkan dan pendek.  Ada perbedaan antara unit dan jamak, perbedaan vokal terakhir, perubahan subjek, dan sebagainya.

Ketika ujiannya sama, saya sering membalik penghapus bertanda ABCD untuk mengacak jawaban dan mengacak jawaban dalam undian. Lagi pula, itu semua bahasa Arab, jadi saya tidak tahu apa artinya.  Memalukan. Jadi harus bisa berbahasa Arab untuk bisa menafsirkan isi Al-Qur'an.

Hal yang sama berlaku untuk pelajaran bahasa Inggris.  Sebagai siswa sekolah menengah pertama, saya tidak fasih dalam mengucapkan kata dan kalimat bahasa Inggris, sehingga hampir setiap pertemuan diejek oleh teman sekelas saya.

Saya sudah bingung hanya dengan membaca apa yang dia katakan.  A [ei] B [bie] C [sie] D [die] E [ie] F [ef] G [jie] H [eic] I [ai] dan seterusnya. Di balik rasa pusing itu, saya tidak mengerti diri saya di MI dan MTs saat itu.  Sekarang saya bisa berbicara bahasa Arab dan Inggris, tetapi saya masih gagap.  

Dan, sebagai orang dewasa, saya tidak pernah menyesalinya, tetapi ketika saya mempelajari dua bahasa ini, saya dapat merasakan sulitnya bepergian. Hari ini, setelah memahami, memahami, dan mempraktikkannya, banyak pengalaman dan hal baru.  Saya secara sadar dan sengaja berterima kasih kepada para guru karena telah mengajari saya arti pantang menyerah dan arti pengalaman saya.  Karena, saat Anda mendapatkan pengalaman, kebijaksanaan akan lahir di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun