Mohon tunggu...
Mohammad Nuh
Mohammad Nuh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Pendobrak, Generasi Entrepreneur

31 Mei 2015   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lebih jelas Ibnu Khaldun menyatakan: Tindakan amoral, pelanggaran hukumdan penipuan, demi tujuan mencari nafkah meningkat di kalangan mereka. Jiwa manusiadikerahkan untuk berpikir dan mengkaji cara-cara untuk mencari nafkah, danmenggunakan segala bentuk penipuan untuk tujuan tersebut.   Masyarakatlebih suka berbohong, berjudi, menipu, menggelapkan, mecuri, melanggar sumpah,dan memakan riba.

Tindakan-tindakan amoral di atas menunjukkan hilangnya keadilan dimasyarakat yang akibatnya merembes kepada elit penguasa dan sistem politik.Kerusakan moral dan penguasa dan sistem politik mengakibatkan berpindahnyasumber daya manusia ke negara lain (braindrain),dan berkurangnya pekerja terampil karena mekanisme rekrutmen yang terganggu.Semua itu bermuara pada turunnya produktivitas pekerja dan di sisi lain menurunnyasitem pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan (Zarkasi, 2000).

Sesungguhnya, amatan Bapak Sosilologi Dunia itu sangat tepat kalau kitatempatkan sebagai cermin untuk kita bertindak. Untuk menghindari keruntuhan bangsaini, kita mesti mengembangkan generasi pendobrak dan pembagun; di sisi lain,mengikis generasi penikmat dan masa bodoh. Salah satu sistem rekayasa sosialterbaik untuk mencetak generasi yang kita harapkan itu adalah pendidikan.

Para pedobrak iu adalah manusia-mansuia yang disebut entrepreneur, yaitupribadi-pribadi yang mengininkan perubahan. Pribadi tersebut adalah mereka yangberpikiran kritis dan tidak puas dengan keadaan yang berlaku. Merekamenginginkan kehidupan yang lebih baik, dan lebih maju. Pemikiran dan aksimereka merupakan pioner yang berani mengambil risiko untuk suatu perubahan.

Daya nalar kritis juga mampu menempatkan diri mereka dalam perubahan zamanyang tak bisa dibendung. Nalar kritis mampu mendorong pemuda untuk mebacatanda-tanda zaman. Mampu membaca peluang sekaligus memiliki keyakinan bahwa disetiap masalah pasti ada solusi, dan di setiap krisis pasti ada kesempatan.Nalar kritis mesti dibarengi dengan kemampuan untuk bekerja.

Di semua lini kehidupan masyarakat kita membutuhkan pemuda berjiwa entrepreneur. Mulai dari bidang seni budaya (kreasi baru), ilmu pengetahuan danteknologi (penemuan baru), birokrasi (terobosan dalam tata kelola pemerintahan), hingga dunia bisnis. Dalam bisnis, misalnya, entrepreneurshipdidefinisikan sebagai proses menciptakan sesatu yang baru, yang bernilai,dengan memanfaatkan usaha dan waktu yang diperlukan dengan memperhatikan risikososial, fisik, dan keuangan, dan menerima imbalan daam bentuk uang dan kepuasanpersonal dan independensi (Hisrich, 2008).

Kurikulum 2013 mendorong peserta didik berpikir kreatif yang diharapkanmejadi benih dan lahan subur tumbuhnya entrepreneurship. Kita tidak ingin tumbuhnyaentrepreeeruhshp karena kebetulan (parhazard) saja tapi melalui rekayasa sosial yang sistematis sehinggaterbentuk tradisi dan budaya entrepreneurship. Tanpa tradisi dan budaya, yangterjadi adalah seleksi alam.

Kalau kita menanam seribu benih, bisa-bisa yang tumbuh hanya satu duabenih. Benih kreativitas itu hanya akan tumbuh dengan baik di lahan yang suburdan iklimnya mendukung. Jadi, upaya membentuk generasi entrepreneur itu harusterencana dan sistematis, sehingga produknya terukur dan bisa dalam skalamassal.

Untuk menjadi negara dengan perekonomian kuat, Indonesia membutuhkanentrepreneur dalam jumlah besar. Tidak ada negara maju tanpa kehadiran dankontribusi dari kalangan entrepreneur. Menurut pakar entrepreneurship David Mc Clelland, suatu negara dapatdikatakan makmur apabila memiliki jumlah entrepreneur minimal 2 persen daritotal jumlah penduduk. Kita kita baru punya 0,24 persen dari jumlah penduduk.Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 240 juta orang, maka negeri inimembutuhkan paling tidak 4,2 juta wirausahawan untuk mencapai jumlah minimaltersebut. (*)

(Dicuplik dari Buku “Menyemai Kreator Peradaban”) -- https://www.facebook.com/notes/mohammad-nuh/generasi-pendobrak-generasi-entrepreneur/163781740498679

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun