Inilah era harapan dan kesempatan baru bagi anak-anak dari keluarga miskin yang berprestasi untuk bisa menikmati layanan pendidikan tinggi. Semula, terasa tidak mungkin untuk bisa kuliah. Jangankan kuliah, memenuhi kebutuhan keseharian saja sudah susah. Sekarang menjadi mungkin. Bidikmisi jawabannya. Tugas kita memang menjadi pemungkin (enabler), yaitu mengubah dan menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Kini, lima tahun telah berjalan, penerima bidikmisi telah menunjukkan hasil yang membanggakan: lulus cum laude, juara di berbagai lomba, aktif di berbagai kegiatan, serta kepekaan dan solidaritas sosialnya sungguh sangat mengagumkan. Bahkan, melalui dana abadi pendidikan, telah disiapkan beasiswa S-2 dan S-3 bagi mereka yang berprestasi gemilang.
Banyak di antara mereka yang diterima di perguruan tinggi top dunia. Insya Allah, dalam kurun 5–10 tahun ke depan, lahir ribuan master, doktor, pengusaha, pembebas kemiskinan, dan generasi baru yang berasal dari keluarga miskin. Itulah saat kebangkitan kaum duafa. Alangkah bahagianya saat itu. Kita bisa tersenyum dan tertawa bersama mereka sambil mengibarkan bendera Merah Putih setinggi-tingginya.
Tidakkah Allah akan mengangkat beberapa derajat orang beriman dan berilmu (QS 35: 28) dan tidakkah Nabi SAW pernah berpesan: Carikan untukku kaum duafa kalian, sebab kalian diberi rezeki dan kemenangan lantaran kaum duafa kalian. Semoga bidikmisi terus ditingkatkan sehingga semakin banyak kaum duafa yang bisa tersenyum dan berpengharapan dalam menatap masa depan menuju kejayaan Indonesia 2045. (*)
Catatan: Telah dimuat di Harian Jawa Pos edisi 16 Januari 2015 (http://www.jawapos.com/baca/opinidetail/11540/Menyiapkan-Kebangkitan-Kaum-Duafa)