Mohon tunggu...
CICIK SUCIATI
CICIK SUCIATI Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Akuntansi

Mahasiswa aktif prodi akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inklusi Keuangan Melalui Pasar Modal, Meningkatkan Akses bagi Masyarakat dan UMKM di Indonesia

14 November 2024   18:14 Diperbarui: 14 November 2024   18:23 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inklusi keuangan di Indonesia menunjukkan kemajuan, namun masih terdapat kesenjangan signifikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, indeks inklusi keuangan di perkotaan mencapai 78,41%, sedangkan di pedesaan hanya 70,13%1. Kesenjangan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam menjangkau masyarakat di daerah pedesaan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan kesenjangan inklusi keuangan di Indonesia, terutama antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Akses terhadap Layanan Keuangan: Di daerah perkotaan, akses ke bank dan lembaga keuangan lebih mudah dibandingkan di pedesaan. Banyak desa yang masih kekurangan infrastruktur keuangan, seperti ATM dan kantor cabang bank, yang menghambat masyarakat pedesaan untuk mendapatkan layanan keuangan.

Edukasi dan Literasi Keuangan: Masyarakat di perkotaan cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan informasi mengenai produk keuangan. Di pedesaan, kurangnya program edukasi keuangan berkontribusi pada rendahnya pemahaman tentang produk dan layanan keuangan.

Ketersediaan Produk Keuangan: Di perkotaan, terdapat lebih banyak variasi produk keuangan yang ditawarkan, sementara di pedesaan, pilihan produk sering kali terbatas. Hal ini membuat masyarakat pedesaan sulit untuk menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kondisi Geografis dan Sosial: Sebagian besar populasi Indonesia tinggal di daerah pedesaan, yang sering kali memiliki tantangan tambahan seperti infrastruktur yang kurang memadai dan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ini berkontribusi pada rendahnya tingkat inklusi keuangan di daerah tersebut.

Hambatan Biaya dan Informasi: Biaya untuk mengakses layanan keuangan dan kurangnya informasi mengenai produk keuangan juga menjadi penghalang. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui produk yang tersedia atau merasa bahwa biaya untuk mengakses layanan tersebut terlalu tinggi.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, beberapa langkah strategis dapat diambil yakni salah satunya peningkatan Edukasi Keuangan: Program literasi keuangan yang lebih intensif di daerah pedesaan perlu diperkenalkan. Ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan dan organisasi non-pemerintah.

Pengembangan Infrastruktur Keuangan: Meningkatkan akses ke layanan keuangan di pedesaan dengan membangun lebih banyak kantor cabang bank dan ATM.

Inovasi Produk Keuangan: Mendorong lembaga keuangan untuk mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan, seperti pinjaman mikro dan produk tabungan yang fleksibel.

TANTANGAN DAN PELUANG

Adapun tantangan terhadap inklusi keuangan dalam proyeksi kedepan adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun