Mohon tunggu...
Mohammad Juanda
Mohammad Juanda Mohon Tunggu... -

Staf LBH Progresif Kabupaten Tolitoli

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelacur Muda dan Partai Politik

16 Februari 2014   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya Malam

Partai Politik (Parpol) adalah legitimasi konstitusi sebagai sebuah rel, agar gerbong aspirasi bisa tertampung. Peran Parpol tidak lain adalah mengawal dan merumuskan kebijakan yang aplikatif pro terhadap kepentingan orang banyak, yakni jutaan rakyat yang masih menghamba pada gagasan demokrasi.

Diawal-awal sebelum prosesi pemilihan, Parpol gencar melakukan serangan darat maupun udara. Tujuannya adalah meraup simpati flor. Janji perbaikan infrastruktur, peningkatan kapasitas ekonomi rakyat diumbar. Layaknya pelacur muda yang masih energik melayani pelanggan-pelangganya.

Setiap saat, ratusan, bahkan jutaan erangan dan desahan-desahan janji para Calon Legislative (Caleg) terdengar melengking. Ini merupakan strategi dan ransangan untuk meningkatkan libido masyarakat dalam meraih simpati sekaligus memilih para Celeg utusan partainya.

Belum lagi saat pelacur muda membuka layanan bonus bagi siapa saja yang menjadi pelanggan tetapnya. Hal ini tentunya membuat para pelanggan yang kehausan akan belain berbondong-bondong mendaftarkan diri. Tidak perduli dari kalangan mana, muda maupun tua.

Kondisi seperti ini akan terus berlangsung hingga pelanggan-pelanggan hidung belang terjerat masuk dalam kamar atau bilik remang-remang di dalam Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tidak butuh waktu lama, kira-kira hanya 5 menit lamanya layanan itu berlangsung.

Ratusan para pelanggan yang menunggu giliran dikerangkeng oleh para germo-germo pelacur muda. Mereka diabsen satu-persatu, jangan sampai ada yang terlewatkan, sebab layanan gratis edisinya terbatas (limited edition).

Namun setelah pelacur muda yang sebelumnya hanya menjajakkan tubuhnya di lorong-lorong yang gelap, di tanah berlumpur, sukses, karena mendapat warisan dari hidung belang konglomerat, maka ia akan meninggalkan pelanggannya yang sudah begantung ketagihan.

Inilah realita pelacur muda…

Orang yang dibekali dengan ilmu tidak akan tergoda oleh bujuk rayu pelacur muda. Karena dia akan menganggap bahwa ini hanya tipuan. Desahan dan erangannya hanya kepalsuan semu. Pelacur muda adalah titisan setan-setan yang bersemayam di alam neraka.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun