Mohon tunggu...
Mohammad Iwan
Mohammad Iwan Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar Seumur Hidup

Untuk tetap selo, menyeruput kopi pahit dua kali sehari adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Baik Itu Telah Pergi

22 November 2019   06:59 Diperbarui: 22 November 2019   07:05 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: nextavenue.org

Jumat pagi. Matahari memeluk seisi bumi dengan cahayanya yang mulai terasa suam-suam kuku. Burung-burung saling bersahut kicau dari ujung ranting pohon jinjing yang bergoyang ditiup angin. Tak lama berselang, dari ujung jalan yang menuju tanah pemakaman sayup terdengar suara tasbih, tahmid dan tahlil. Lalu terlihat barisan orang berjalan tak cepat tapi juga tak lambat.

Enam orang di barisan terdepan terlihat memanggul dengan ringan sebuah kurung batang. Burung-burung yang semula ramai bersahut kicau, sekonyong-konyong sunyi, seperti mengheningkan cipta. Seolah berbagi bela sungkawa dengan wajah-wajah syahdu dalam barisan yang melafalkan tasbih, tahmid dan tahlil. "Orang baik itu telah pergi", gumam seseorang yang menunggu di tanah pekuburan yang baru selesai digali.

Seseorang itu tak lain adalah laki-laki yang selepas sholat subuh kerap ngobrol dengan Ustadz Abdullah, seorang alim yang saat ini jenazahnya tengah diantar ke tempat peristirahatannya. Di antara wajah sendunya laki-laki itu sekali lagi bergumam, persis seperti yang pernah ditulis Cak Rusdi Mathari,

"Kematian hanyalah soal waktu, wajah dingin siapa yang akan lebih dulu dilihat dan dipandangi orang banyak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun