Mohon tunggu...
Mohammad Iwan
Mohammad Iwan Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar Seumur Hidup

Untuk tetap selo, menyeruput kopi pahit dua kali sehari adalah kunci

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bersabar dari Ketidaknyamanan Sebuah Pekerjaan adalah Jua Manifestasi Rasa Syukur

6 September 2019   16:47 Diperbarui: 6 September 2019   17:45 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan resign dulu, sebelum benar-benar jelas jalan yang bakal lo ambil! Jangan main-main, lo udah punya buntut sekarang." Begitu Abang saya menasihati yang saya jawab dengan santai dan keyakinan level sufi, "Insya Allah, mereka ada jalan rejekinya sendiri."

Yang paling terasa menghunjam dan terlambat saya renungi justru nasihat dari tetangga sekaligus guru ngaji saya, waktu itu saya memang tak sanggup menjawabnya, "Bersabar dari takdir Allah berupa pekerjaan yang saat ini sampeyan jalani itu juga bagian dari bersyukur, Pak Iwan, pikirkanlah. Bukankah setiap yang berlaku atas kita tak luput dari ketetapan-Nya?"

Lama saya berpikir, mencoba meraba lagi keteguhan hati saya, benarkah keputusan untuk berhenti bekerja dan memilih berwira usaha itu demi kebaikan keluarga? Ataukah hanya obsesi saya semata karena jenuh dengan rutinitas dan ingin mencoba pekerjaan yang bisa memanjakan passion saya?

Yang kita sudah sama-sama tahu adalah bahwa kemampuan, keuletan dan bakat setiap orang berbeda satu sama lain. Ada baiknya kita berpikir lebih jauh sebelum kita tergoda untuk mengubah arah perjalanan kita. Jalan sukses orang lain belum tentu mampu kita lewati dengan mudah, bisa jadi, kita malah terjungkal dan tak sanggup melalui jalan itu. Dan akhirnya kita harus mengulang lagi arah perjalanan kita dengan beban yang semakin bertambah.

Jika akhirnya saya memilih bekerja lagi, memilih jadi orang gajian lagi, bukan semata pengaruh dari kata-kata Wiji Tukul yang terkesan sederhana namun cukup menggoda, "Besok pagi kita ke pabrik, kembali kerja, sarapan nasi bungkus, ngutang seperti biasa", bukaan. Tapi karena saya tak sanggup lagi membohongi tuan puteri kesayangan saya di setiap akhir bulan, kenapa saya enggak mengambil gaji di Alfamart. Ituh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun