Mohon tunggu...
Mohammad Hisar Silalahi
Mohammad Hisar Silalahi Mohon Tunggu... Buruh - Mantan buruh

Pernah gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompasiana, yang Pertama Berani Membayar Para Penulisnya

10 November 2019   00:28 Diperbarui: 19 November 2019   15:37 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya, saya jadi kenal Kompasiana gara-gara sekitar tahun 2009 atau 2010 pada suatu acara televisi, ekonom Faisal Basri menyebut-nyebut dan mengajak-ajak ngeblog di Kompasiana.

Kompasiana? Ini pasti "mahluk" baru. Soalnya, saya yang awam ini taunya bahwa platform blog itu yang populer adalah Wordpress dan Blogspot (milik Google). Dan waktu itu saya sudah punya blog di Blogspot meski hanya dengan thema khusus tanaman hias yang memang sedang tren saat itu.

Dari namanya saja saya sudah langsung tidak ragu lagi menebak bahwa Kompasiana tak mungkin tak ada hubungannya dengan  Kompas, surat kabar harian terbitan Jakarta yang terjenal itu. Dan tak salah lagi, ketika saya mulai melakukan penelusuran di mesin pencarian Google dengan kata kunci "Kompasiana", terbuktilah memang benar Kompasiana itu anak kandung Kompas.  Didirikan oleh Pepih Nugraha, wartawan harian Kompas pada tanggal 22 Oktober 2008.

Apa perbedaan dan kelebihan Kompasiana dibanding platform blog yang lain?

Selayang pandang, saya melihat Kompasiana waktu itu memiliki banyak persamaan umum dengan platform blog - platform blog lain yang bahkan sudah lebih dulu hadir. Misalnya untuk bisa ikut interaktif atau menulis artikel (posting), tentu harus buat akun dulu. 

"Sejujurnya, jauh sebelum ada program K- Rewards, saya pernah berkhayal akan tiba pada suatu masa di mana para penulis  di internet akan dihargai dan dapat menghasilkan uang dari tulisannya."

Tapi setelah saya komparasi lebih jauh dan dalam, akhirnya saya simpulkan bahwa Kompasiana memang beda dengan platform blog yang lain. Di platform blog lain bisa dikatakan kita "jalan sendiri". Konten-konten yang kita posting (meski pun bagus), belum tentu langsung ada yang baca. Kita harus promosikan sendiri.

Beda dengan Kompasiana. Karena para blogger yang dijuluki dengan "Kompasianer" ngeblog "rame-rame " di rumah Kompasiana, maka sesama Kompasianer langsung bisa saling berinteraksi. Baik itu membaca, berkomentar, memuji atau mengritisi postingan teman. Artinya, dari sesama Kompasianer saja kita sudah lebih dulu unggul dalam hal respon atas suatu tulisan/artikel, dibanding di blog yang bukan Kompasiana. Kesimpulan kerennya sih, di Kompasiana seorang penulis lebih cepat terkenal. Wk..wk..wk!

Dengan pertimbangan keunggulan itulah saya langsung daftar bikin akun. Saya ingat waktu itu masih boleh dan bisa pakai nama samaran, tapi tetap harus mendaftarkan nama asli. Nama harus terdiri dari minimum 2 kata, yakni Nama Depan dan Nama Belakang. Jadi, calon Kompasianer yang namanya hanya  terdiri dari satu kata misalnya Soekarno atau Soeharto, tidak bisa diterima sistem. "Sensasi" registrasi bikin akun Kompasiana waktu itu sampai menginspirasi kelahiran artikel perdana saya yang ditayangkan tanggal 31 Januari 2010.

Hahaha! Inilah yang saya tunggu-tunggu. Saya memang sudah gemar menulis sejak SMA, baik di koran mau pun majalah. Tapi eit..jangan salah! Gemar ternyata bukan berarti pasti rajin lho. Faktanya, meski pun sudah punya blog Kompasiana, tapi berdalih karena punya pekerjaan formal, saya tergolong Kompasianer yang sangat tidak produktif. Namun demikian, saya tetap merasa tidak bisa pensiun dari dunia tulis menulis..apalagi di Kompasiana!

Penulis yang malas seperti saya (apa pun alasannya) menurut saya tidak akan pernah menjadi penulis yang bagus. Jadi dalam hal produktivitas; jangan pernah meniru saya. Sebuah pena, identik dengan pisau. Betapa pun bagusnya, dia akan tumpul bila jarang diasah.

Prestasi tertinggi saya di Kompasiana pun hanyalah sebagai pemenang hiburan ketika tahun 2010 ada lomba menulis  tentang "Islamic Banking" (Perbankan Syariah) yang diadakan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Kompasiana. Memang tidak berhasil sebagai salah satu dari tiga pemenang. Tapi tulisan saya termasuk salah satu yang tetap memperoleh apresiasi dengan pertimbangan jumlah pembaca yang lumayan. Hadiahnya "hanya" sebuah tas kerja biasa sih..tapi saya membanggakannya!

Dalam kurun waktu 11 tahun perjalanan Kompasiana, tentu banyak sekali pembenahan dan penyempurnaan yang dilakukan. Salah satu hal yang saya suka dari proses itu adalah kerja sama yang bersifat win-win solution dengan pihak ketiga yang tujuannya bukan hanya untuk kepentingan Kompasiana, tapi juga bagi Kompasianer dan pihak ketiga itu sendiri.

Secara pribadi saya melihat Kompasiana sebagai sebuah istana kreasi. Besar dan indah, karena lahir dari tangan-tangan besar kreatif.

Para penulis seusia saya, niscaya merasakan betapa banyaknya keterbatasan menulis di surat kabar atau majalah. Di samping sudah pasti masalah ruang, juga soal waktu (penerbitan) yang jelas terbatas. Masalah seleksi tulisan oleh redaksi juga turut menjadi kendala.

Tapi alhamdulillah di era revolusi internet  ini segala kendala di masa lalu menjadi sirna. Waktu seakan semakin tercerabut dari ruang. Di Kompasiana kita bisa membuat tulisan sepanjang apa pun asal sesuai syarat yang telah ditentukan, dan ditayangkan langsung secara online kapan pun kita inginkan hanya dalam waktu hitungan detik.

Kompasiana di mata saya identik dengan surat kabar Kompas. Selama ini saya merasa wajib mengapresiasi koran terbesar tersebut karena bisa memberikan penghargaan tinggi yang setimpal kepada para kontributor tulisan. 

Meski perlahan ... namun pasti (setelah menginjak usia ke-10 tahun), kini Kompasiana pun sudah bisa berbuat hal yang sama dengan adanya program K-Rewards sejak awal tahun 2018. Seperti kita sudah tahu, K-Rewards adalah monetisasi tulisan di Kompasiana dengan memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, para Kompasianer tidak lagi hanya pada lomba event-event tertentu saja yang berpeluang mendapatkan hadiah, tapi sekarang menjadi lebih "reguler" berkat adanya K-Rewards.

Sejujurnya, jauh sebelum ada program K- Rewards, saya pernah berkhayal akan tiba pada suatu masa di mana para penulis  di internet akan dihargai dan dapat menghasilkan uang dari tulisannya. Dan kini "masa" itu telah dilahirkan oleh Kompasiana. Meski pun saya sendiri hingga saat ini belum pernah merasakan "nikmat"nya hasil K-Rewards, namun saya selalu berdoa dan berharap, semoga K-Rewards tetap bisa berlangsung terus.

Ada juga kebanggaan lain menulis di Kompasiana. Sebuah artikel di Kompasiana tak jarang dijadikan referensi oleh orang lain. Contohnya, puisi saya pernah dirujuk oleh seseorang di Kaskus.

Sudah barang tentu pula kita bersyukur kepada para pengelola Kompasiana yang tak henti-hentinya mengembangkan dan memperkaya Kompasiana demi kepuasan para pihak, terutama Kompasianer. Hal-hal yang tidak kita temukan di platform blog lain inilah yang membuat saya tak pernah bisa "tega" beralih meninggalkannya..tapi malah membuat saya semakin menyukai dan mencintainya!

#11TahunKompasiana

#BeyondBlogging

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun