Catatan Lawatan Sejarah MGMP Kab. Sumenep
M. Hairil Anwar
MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumenep melakukan kegiatan Lawatan Sejarah ke Kabupaten Pamekasan untuk sekedar saling bertukar informasi dan mempererat silaturahmi dengan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Pamekasan. Kegiatan lawatan sejarah dilakukan untuk mengenal lebih dalam lagi tentang sejarah Kabupaten Pamekasan yang secara geografis sama dengan Kabupaten Sumenep, yang terletak di Pulau Madura. Lawatan sejarah dilakukan dengan bentuk kunjungan ke beberapa tempat atau situs sejarah yang berada di Kabupaten Pamekasan. Sebaran peninggalan sejarah di Kabupaten Pamekasan yang juga beragam akan menambah wawasan informasi sejarah bagi kita semua tentang Madura.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menambah wawasan kesejarahan tentang Madura yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pengayaan materi pembelajaran sejarah di sekolah pada jenjang SMA di daerah kita sendiri. Upaya eksplorasi sejarah lokal memiliki kaitan erat dengan penanaman nilai karakter bagi murid di sekolah. Selain itu, kajian sejarah dengan memasukkan unsur kelokalan akan membantu pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila sesuai tema yang telah disediakan sehingga apa yang menjadi tujuan dari kegiatan pembelajaran bisa tercapai.
Pada pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila, terdapat satu tema yang penting untuk dilakukan yaitu kearifan lokal.Tema projek ini menjadi penting karena pada saat ini Indonesia sedang mengahadapi kondisi krisis identitas akan dirinya sendiri akibat lunturnya budaya dan kearifan lokal pada masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Melalui pendekatan sejarah lokal diharapkan akan mampu membangkitkan semangat rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri yang bisa dilakukan dengan cara melakukan ekplorasi sejarah lokal. Upaya mengenalkan sejarah lokal dikalangan pelajar juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang perkembangan masyarakat yang terjadi disekitar tempat tinggal murid sendiri.
       Oleh karena itu kegiatan ini penting untuk dilakukan agar guru-guru sejarah yang ada di Sumenep mendapatkan pengetahuan tambahan tentang kesejarahan di Pamekasan guna memperkaya konten sejarah lokal di Madura. Pengetahuan tentang sejarah lokal akan menambah wawasan guru dalam proses pengayaan materi pembelajaran. Selama ini pada saat pembelajaran sejarah dikelas akan cenderung membingungkan karena sajian pada buku teks pembelajaran yang ada lebih banyak menyajikan peristiwa sejarah yang berada diluar Madura. Sehingga untuk menambah wawasan kesejarahan dan menarik minat belajar sejarah para murid, penting kiranya untuk menyisipkan konten tentang sejarah lokal yang relevan dengan pokok bahasan kegiatan pembelajaran dikelas.
       Salah satu langkah yang dilakukan oleh MGMP Sejarah SMA Kabupaten Sumenep ialah dengan mengunjungi Museum Umum Mandhilaras di Kabupaten Pamekasan. Guru-guru yang terlibat dalam kegiatan melakukan ekplorasi benda-benda peninggalan sejarah yang menjadi koleksi Museum Madhilaras. Salah satu benda koleksi museum yang menarik perhatian saya adalah keberadaan fosil mollusca yang ditemukan di Desa Campor, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Cangkang binatang lunak yang berasal dari era praaksara menjadi petunjuk tentang tanda-tanda kehidupan masa praaksara di Madura.
       Secara spesifik koleksi benda museum yang berupa fosil mollusca memang belum bisa banyak memberikan keterangan yang detail terhadap kondisi praaksara di Madura. Namun dari petunjuk ini pula pada akhirnya perlu kiranya untuk terus dilakukan penelitian guna mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang ada di Madura. Setidaknya fosil mollusca yang tersimpan secara rapi di Museum Umum Mandhilaras Pamekasan mampu memberikan gambaran singkat tentang keberadaan unsur fauna di Pulau Madura era praaksara, kondisi alam Madura, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang akan terungkap seiring dengan perkembangan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli.
       Madura tidak mengalami lompatan dalam masa kesejarahan. Segala temuan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Madura dapat memberikan keterangan kronologi kesejarahan di Madura. Temuan cangkang yang di Pamekasan menjadi bukti awal dari tanda-tanda kehidupan di Madura. Tentang sebaran manusia dan kebudayaannya, selama ini para peneliti di bidang arkeologi prasejarah tertarik dengan teori migrasi melalui aktivitas pelayaran di Kepulauan Nusantara, seperti yang dilakukan oleh para Austronesian yang masuk ke kepulauan ini pada sekitar 4.000 tahun silam ( Bellwood, 2000 ). Madura yang banyak memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di wilayah kabupaten Sumenep berpotensi menjadi sebuah stepping stone bagi proses migrasi di bagian selatan-tengah Kepulauan Nusantara, antara wilayah Paparan Sunda dan Zona Wallacea bagian Selatan. ( Alifah, 2019 : 13 ). Warisan budaya yang berupa kemampuan untuk mengarungi samudera hingga kini masih dimiliki oleh orang Madura. Masyarakat benar-benar mampu memanfaatkan potensi perairan sebagai salah satu penunjang pergerakan masyarakat Madura untuk melakukan mobilitas atau hanya sekedar menjalin hubungan dengan dunia luar melalui jalur pelayaran.
       Teori migrasi merupakan sebuah teori yang menarik dilakukan untuk mengungkap tentang asal mula keberadaan manusia di suatu wilayah menurut sisa-sisa aktifitas dalam kehidupanya. Hipotesa teori migrasi yang dipaparkan oleh Bellwood, Fox, and Tryon ( 2006 : 103-109 ) menyatakan bahwa bangsa-bangsa penutur rumpun Bahasa Austronesia berasal dari Daratan Cina Selatan kemudian menyebar ke selatan hingga New Zeland, ke timur sampai ke Pulau Paskah dan ke barat hingga Madagaskar. Kemudian mereka mencapai Jawa pada kisaran 500 BC. Lalu bagaimana dengan praaksara di Madura ?
       Pada tahun 2019, Tim Penelitian Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan penelitian di sepanjang pantai utara Pulau Madura. Selama beberapa hari, tim penelitian yang terdiri dari tenaga professional peneliti bidang arkeologi bergelut dengan upaya heuristic melalui kegiatan ekskavasi di beberapa tempat yang dipandang memiliki potensi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara sementara dapat diperoleh keterangan bahwa imigran Austronesia di Madura identik dengan pendukung tradisi megalitik ( Gunadi, 2019 : 87 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan indikasi bahwa kehidupan praaksara juga terjadi di Madura. Dalam kegiatan penelitian yang dilakukan disepanjang pantai utara Madura, Tim peneliti juga menemukan beberapa jejak peninggalan kehidupan yang berupa fragmen kerang, fragmen tulang binatang, bahkan fragmen gerabah.
       Hasil temuan para peneliti membuktikan bahwa di Pulau Madura sudah ada tanda-tanda kehidupan sejak masa praaksara. Bahkan proses keberlanjutan budaya bisa kita lihat dalam aktifitas masyarakat yang memiliki dan menjalankan teknologi pembuatan gerabah atau tembikar, seperti yang dilakukan masyarakat di daerah Pademawu dan Sumendangan. Kemampuan teknologi pembuatan gerabah inilah yang kemudian bisa kita kategorikan sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Madura. Bahkan hingga saat ini, masyarakat Madura di beberapa tempat masih menggunakan peralatan gerabah untuk mendukung aktifitas keseharian mereka.
Melalui identifikasi kebudayaan ini, maka penting bagi kita untuk memasukkan sedikit bahan ajar lokal yang berkaitan dengan kehidupan praaksara di Madura. Meskipun kita tidak bisa mengajak murid untuk mengunjungi langsung lokasi-lokasi yang menjadi pusat penelitian tersebut, setidaknya koleksi Museum Madhilaras yang terletak di pusat kota Kabupaten Pamekasan bisa memberikan tambahan informasi bagi peserta didik kita tentang materi praaksara yang berada di wilayah Madura. Hal ini menjadi sangat penting untuk disampaikan agar peserta didik kita memiliki semangat untuk lebih ingin tahu tentang asal mula mereka, ciri identitas budaya mereka dan kearifan lokal masyarakat disekitar mereka.
Daftar Pustaka
- Alifah, 2019. “ Pulau Kangean Dalam Lintas Arkeologi Prasejarah Indonesia “. Seminar Hasil Penelitian Arkeologi. Yogyakarta : Balai Arkeologi DI Yogyakarta.
- Alifah, et.al.,2021. “ Pulau - Pulau Kecil Di Utara Jawa Dalam Arus Migrasi Masa Prasejarah “. LPA. Yogyakarta : Balai Arkeologi DI Yogyakarta.
- Bellwood, Peter. 2000. “ Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia “. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Bellwood, Peter; Fox, James, and Tryon, Darell. 2006. “ The Austronesians, Historical and Comparative Perspectives “. The Australian University, E-PRESS
- Gunadi, et.al., 2019. “ Melacak Jejak Budaya Austronesia Di Kawasan Pantura Pulau Madura Masa Prasejarah-Protosejarah “. LPA. Yogyakarta : Balai Arkeologi DI Yogyakarta.
- Gunadi, et.al., 2021. “ Asal-Usul Dan Sejarah Orang Madura : Kajian Arkeologi – Sejarah “. Yogyakarta : Balai Arkeologi DI Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H