Mohon tunggu...
Mohammad Arkham Zulqirom Putra
Mohammad Arkham Zulqirom Putra Mohon Tunggu... Buruh - Saya bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas di Dinas Sosial Kab. Tegal

Nama panggilan Arom, manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nama Bencana Sekarang Aneh-Aneh, Lebih Bahaya atau Bagaimana?

24 Mei 2023   01:43 Diperbarui: 24 Mei 2023   01:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/ Mohammad Arkham Zulqirom Putra

Bencana, musibah, atau kejadian diluar kendali manusia yang menyebabkan kerugian baik itu materil maupun non materil adalah petaka yang tidak ingin terjadi di sekitar kita. Di Indonesia, yang memiliki banyak julukan seperti ring of fire, negara kepulauan, dan yang agak miris tapi memang nyata adanya adalah julukan "minimarket bencana", dimana kita bisa menemui banyak jenis bencana ada di Indonesia sehingga seperti minimarket yang menawarkan dagangannya.

Pengertian bencana dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bicara mengenai bencana, istilah bencana sekarang bisa dibilang aneh-aneh, karena belum pernah terdengar seperti sebelum-sebelumnya. Seperti bencana hidrometeorologi, bencana likuifaksi, siklon tropis herman, El Nino, La Nina dan lain sebagainya. Apakah istilah tersebut sama saja dengan bencana yang sudah ada atau memang fenomena baru di Indonesia?

Bencana Hidrometeorologi

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Bencana hidrometeorologi disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup menjadi semakin parah sehingga memicu peningkatan jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi di Indonesia.( pustandpi.or.id ).

Yang termasuk dalam bencana hidrometeorologi adalah banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin kencang, hujan ekstrem, puting beliung, dan kualitas udara yang buruk. Tentunya bencana meteorologi sangat membahayakan bagi manusia dan lingkungan di sekitarnya. Bencana hidrometeorologi adalah yang sekarang ini paling sering melanda wilayah Indonesia, tentu selain faktor alam, faktor manusia yang menyebabkan pemanasan global dan cuaca ekstrem adalah faktor utama dari bencana ini. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Bencana Likuifaksi

Fenomena likuifaksi atau perubahan tanah menjadi lembek atau lumpur atau dalam bahasa bahasa Inggris dinamakan soil liquefaction adalah suatu proses yang membuat tanah kehilangan kekuatannya dengan cepat dikarenakan getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi kuat pada kondisi tanah berbutir halus dan jenuh air. ( magma.vsi.esdm.go.id ) 

Contoh bencana Likuifaksi yang pernah terjadi di Indonesia adalah di Palu, Sulawesi Tengah pada 2018 silam. 

El Nino - La Nina

La Nina adalah bagian dari fenomena iklim yang disebut sebagai sistem El Nino Southern Oscillation (ENSO). El Nino dan La Nina menyebabkan situasi yang berlawanan, dan keduanya berperan signifikan mengubah cuaca di seluruh dunia.

Selama beberapa tahun terakhir, dunia mengalami periode La Nina berturut-turut, yang menurunkan suhu dan menyebabkan hujan lebat di Kanada dan Australia. 

Siklon Tropis Herman 

Siklon Herman merupakan badai dengan kekuatan besar yang radiusnya rata-rata bisa mencapai 150 hingga 200km. Siklon tropis ini terbentuk di atas lautan yang biasanya memiliki permukaan air dengan suhu hangat lebih dari 26 derajat. Kecepatan anginnya lebih dari 63km/jam. Dalam cuitannya, Erma mengatakan siklon semacam ini sangat mengerikan dampaknya. Siklon ini sempat viral beberapa waktu lalu di media sosial twitter yang diangkat oleh Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin). Untungnya resiko terjadinya siklon ini tidak jadi melanda kawasan Indonesia. 

Ternyata, istilah-istilah tersebut selain baru juga fenomenanya terbilang baru di Indonesia. Bumi kita sedang mengalami pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Kejadian cuaca ektrim yang menyebabkan bencana dikarenakan oleh kondisi bumi yang sedang tidak sehat.

Deforestasi, emisi gas rumah kaca, polusi, dan sebagainya menjadi faktor penting terhadap pemanasan global yang melanda. Sekarang, kita semua pasti sedang mengalami rasa gerah yang berlebih bukan? Suhu panas tersebut juga diakibatkan oleh pemanasan global. Bahkan, di Eropa dan Asia Selatan seperti India terjadi fenomena Heat Waves atau gelombang panas. Tercatat suhu di sana bisa mencapai 51 derajat celsius! Cukup mengerikan. Untungnya Indonesia kemungkinan terdampak gelombang panas ini sangat sedikit karena karakteristik negara Indonesia sebagai negara arsipelago atau kepulauan.

Namun, kita harus tetap alert terhadap resiko bencana yang terjadi saat ini mengingat kondisi sekarang sudah diperparah oleh berbagai macam isu lingkungan yang ada. Sudah sering kita dengar tentang mitigasi atau pencegahan bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana. Dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana yang suatu saat bisa terjadi kapan saja, kita memerlukan tiga langkah tersebut guna mengurangi resiko atau kerugian yang bisa ditimbulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun