"Perlu diatur bagaimana penggunaan gawai pada anak agar anak tidak gagap teknologi dan ketinggalan informasi, tapi juga harus dipastikan tidak berlebihan dalam penggunaannya," tambahnya.
Hal ini sejalan dengan fakta yang saya dapat sebagai mahasiswa yang melakukan pengabdian masyarakat di SDN Wonokitri, Pasuruan, pada hari Selasa, 26 November 2024.Â
Saya memiliki kesempatan untuk mengamati pengaruh media sosial pada anak-anak di jenjang sekolah dasar. Di zaman yang semakin modern, anak-anak kini lebih mudah mengakses media sosial melalui ponsel pribadi mereka. Kemudahan ini memengaruhi perkembangan sosial dan emosional mereka. Berdasarkan pengamatan saya, meskipun terlihat beberapa dampak positif, efek negatif dari penggunaan media sosial masih tampak lebih dominan.
Salah satu yang paling mencolok adalah perubahan perilaku yang terjadi pada anak-anak yang memiliki media sosial pribadi. Beberapa anak tersebut menunjukkan sikap negatif seperti penggunaan kata-kata kasar dalam berkomunikasi, mudah tersinggung atau emosional, serta pacaran di usia yang sangat muda. Selain itu, munculnya kelompok-kelompok yang membentuk 'geng' dalam kelas juga mengganggu proses pembelajaran. Kondisi ini menunjukkan dampak buruk dari paparan konten yang tidak sesuai dengan usia mereka serta interaksi negatif yang mungkin mereka alami di media sosial.
Walaupun dampak negatif tampak lebih menonjol, ada juga beberapa sisi positif dari penggunaan media sosial yang saya dapat dari anak-anak ini. Beberapa anak menunjukkan keahlian dalam berbahasa Inggris, menjadi lebih komunikatif, dan memiliki wawasan yang lebih luas. Namun, jika dibandingkan, jumlah anak yang menunjukkan dampak positif ini masih jauh lebih sedikit daripada dampak negatif yang ada.
Memang benar jika undang-undang tentang pelarangan media sosial bagi anak-anak masih banyak kelemahannya, seperti poin di mana perusahaan media sosial tidak dapat memaksa pengguna untuk memberikan identitas diri termasuk ID digital, untuk mengetahui usia mereka.Â
Anak-anak bisa saja memanipulasi usia mereka saat mendaftar di suatu aplikasi media sosial, atau mereka menggunakan identitas orang dewasa lain untuk mengakses media sosial tersebut.
Mungkin nanti kita bisa mendapatkan momen di mana media sosial untuk anak-anak dan media sosial untuk orang dewasa dibedakan, sehingga anak-anak tetap bisa belajar dan berinteraksi secara digital tanpa khawatir mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan usia mereka. Ataupun perkembangan sistem keamanan aplikasi yang semakin canggih untuk menghalau konten-konten negatif sampai ke akun milik anak-anak. Atau bisa juga algoritma media sosial yang bisa terus berubah menyesuaikan dengan usia pengguna. Namun, itu semua kelihatannya masih belum bisa kita dapatkan sekarang.
Tetapi, zaman terus berkembang, teknologi terus berevolusi, mungkin saja kita akan mendapatkan fitur-fitur tersebut dalam waktu dekat.Â
Untuk saat ini mungkin pemberlakuan undang-undang tentang pelarangan media sosial untuk anak-anak, atau akses media sosial yang terbatas untuk anak-anak dengan pengawasan ketat oleh orang tua merupakan dua opsi terbaik yang kita miliki untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas, karena dilihat dari sudut pandang siapapun tujuan kita sama yaitu menyelamatkan generasi muda demi kemajuan bangsa.