Mohon tunggu...
Mohammad Akib
Mohammad Akib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menjadi manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Bangkit Dalam Literasi

6 November 2022   21:20 Diperbarui: 21 Desember 2022   19:24 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilain sisi, tidak ditanamkannya kebiasaan membaca sejak dini oleh orang tua juga cukup mempengaruhi minat anak dalam membaca buku di kemudian hari. Seperti yang kita tau, orang tua lebih sering memberikan gadged kepada anaknya daripada memberi buku. 

3. Banyaknya distraksi

Gadged sepertinya sudah seperti menjadi musuh utama dalam membaca buku. Sekali memegang gadged belum tentu langsung meletakannya kembali. Mulai dari membalas chat, membuka medsos, atau bahkan bermain game. Pada akhirnya niat membaca buku hilang begitu saja. Ajakan healing, ngopi, dan kegiatan yang lain turut membuat distraksi ketika membaca buku menjadi lebih besar.

4. Tidak ada pengajaran tentang membaca yang baik dan benar

Banyak sekali pengajar dan guru yang menyuruh kepada muridnya untuk membaca. Namun, guru tidak memberi pengajaran secara langsung bagaimana membaca yang baik dan benar yang sekirannya bisa menumbuhkan motivasi serta semangat membaca pada setiap anak. Alih-alih para anak membaca, yang terjadi hanyalah anak membolak balikan kertas buku. Motivasi dan pemberian contoh secara langsung sangat penting dalam menunjang minat membaca.

Hal hal yang sering kita temui seperti ini merupakan bagian kecil dari alasan yang dapat membuat kita sendiri males untuk sekedar membaca buku. Kebanyakan orang lebih memilih membaca di dalam kamar atau tempat yang betul betul aman dan nyaman dari gangguan.

Kita setidaknya harus bersyukur apabila melihat perkembangan literasi di era digital seperti sekarang. Komunitas literasi mulai merebak dan meramaikan jagad media sosial. Contohnya dengan hadirnya para bookstagram. Mungkin bagi yang masih asing, bookstagram merupakan akun Instagram yang biasanya didedikasikan untuk mengupload, membahas, mereview, dan berbagi pengalaman seputar dunia perbukuan. 

Foto-foto yang mereka hadirkan juga sangat estetik dan dapat menarik minat kita semua untuk sekedar mampir dan melihatnya. Bukan hanya melihat keestetikkan foto fotonya saja. Namun, caption mereka tentang buku juga dapat membuat penasaran para pengunjung di Instagram. 

Bazar dan lapak buku pun sering dilakukan di berbagai kota. Para aktivis literasi juga membangun kelompok atau taman baca di lingkungannya sendiri khususnya di pedesaan yang banyak anak anak kecilnya. Mereka berupaya membuat kegiatan yang bernuansa literasi untuk menumbuhkan benih benih minat baca pada anak anak.  

Di kampus sendiri juga gencar diadakan lapak baca yang diinisiasi oleh para mahasiswa yang sadar akan pentingnya membaca dan berliterasi.   

Ini adalah bukti bahwa sebenarnya orang Indonesia sadar akan pentingnya literasi dan selalu berusaha mengajak sekitarnya untuk berliterasi. Ini juga menjadi kabar gembira bagi kita semua karena kita telah bangkit dalam literasi.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun