Mohon tunggu...
Mohammad Akhsan Zaaky
Mohammad Akhsan Zaaky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sains

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teleportasi Mencapai Titik Kritis Antara Fiksi dan Realitas?

5 Desember 2024   08:02 Diperbarui: 5 Desember 2024   08:30 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Can Quantum-Mechanical Description of Physical Reality Be Considered Complete? (1935)

Hal ini lah yang menjadi pertanyaan Einstein , bagaimana ilmu fisika yang tadinya adalah ilmu pasti menjadi ketidakpastian, sekarang semua hanyalah tentang peluang. Einstein mengajak Podolsky dan Rosen membuat paper yang berjudul “Can Quantum-Mechanical Description of Physical Reality Be Considered Complet?”.

 Namun ironinya, teori ini justru menyerang balik Einstein karena apa yang ditunjukannya dalam paper ini sebagai sesuatu yang mustahil justru menjadi hal yang mungkin terjadi. Dalam paper tersebut, Einstein meramalkan sebuah fenomena ganjil yang menurutnya mustahil untuk dijelaskan teori quantum, karena akan menimbulkan paradoks. Paradoksnya dikenal dengan EPR Paradoks.

Can Quantum-Mechanical Description of Physical Reality Be Considered Complete? (1935)
Can Quantum-Mechanical Description of Physical Reality Be Considered Complete? (1935)

Menurut prinsip ketidakpastian dalam fisika kuantum yang dirumuskan oleh Heisenberg, kita tidak dapat secara simultan menentukan dengan presisi yang mutlak momentum dan posisi partikel tersebut. 

Namun, dalam paradoks EPR, EPR mengasumsikan bahwa jika kita mengukur momentum partikel pertama dengan presisi yang tinggi, kita akan segera mengetahui momentum partikel kedua dengan presisi yang sama, bahkan jika partikel- partikel tersebut berada pada jarak yang jauh.

 Ini akan bertentangan dengan batasan kecepatan cahaya, yang menyatakan bahwa tidak ada informasi yang dapat dikirimkan dengan kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya. 

Menurut Bohr, paradoks EPR muncul karena asumsi yang tidak tepat tentang realitas objek fisik yang terpisah dan independen. Menurutnya, partikel-partikel tersebut tidak memiliki sifat yang ditentukan sebelum diukur, dan pengukuran sifat kuantum pada satu partikel akan "mengaburkan" atau "mengkondisikan" sifat partikel yang terjalin dengan cara yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Fenomena ini lah yang disebut Entanglement.

Quantum entanglement adalah fenomena dalam fisika kuantum di mana dua atau lebih partikel terhubung secara tak terpisahkan, sehingga keadaan kuantum mereka saling terkait. 

Meskipun partikel-partikel tersebut dapat berada pada jarak yang sangat jauh satu sama lain, perubahan yang terjadi pada satu partikel akan segera mempengaruhi keadaan partikel lainnya, bahkan jika interaksi fisik atau pengiriman informasi tidak terjadi di antara keduanya. 

John Bell menyusun sebuah skema pembuktian yang disebut Bell"s Theorem. Secara singkat, teorema John Bell menyimpulkan bahwa tidak mungkin terdapat interpretasi lokal tersembunyi yang dapat menjelaskan semua hasil pengukuran dalam fenomena quantum entanglement. 

On The Einstein Podolsky Rosen Paradox (1964)
On The Einstein Podolsky Rosen Paradox (1964)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun