Belakangan ini, aku sering diam dan memandangi chat-room kita. Jangan bertanya, karena aku pun tidak tahu mengapa.
Seperti ada rasa yang kembali menyapa, setelah ia pergi tanpa memberi tahu kapan akan kembali.
Lalu tiba-tiba kamu online. Hasrat ingin menyapamu seperti terus menggelitik.
Ah, tapi aku tidak se-pemberani itu. Yang di pikiranku cuma bisa bertanya-tanya.
"Dia sedang mengobrol dengan siapa, ya?" "Siapa laki-laki beruntung itu, ya?"
Pengecut memang, tapi biarlah. Lagipula aku cuma sedang menengok sebentar, ke obrolan-obrolan yang pernah kita lakukan dulu.
Favoritku adalah, disaat mengucapkan selamat pagi dan selamat malam. Bagiku saat itu terasa tidak ada duanya.
Sama seperti sekarang, disaat aku membaca-baca lagi. Semua kalimat-kalimat itu, semua harapan-harapan itu.
Seakan-akan menggumpal di dalam kepala dan perasaanku ini. Aku bertanya-tanya juga, "seperti apa sih rasanya menjadi laki-laki itu?"
Laki-laki yang kamu cinta dan mengisi waktu-mu setiap hari. Jujur saja, aku iri dengannya.
Aku masih bisa bernapas, tapi juga merasa sesak disaat yang sama. Semua rasa iri seperti memenuhi rongga di dada.