Saatnya membersihkan semuanya. Membersihkan sisa-sisa dari dirimu yang sudah pergi.
Hatiku kosong semenjak kamu memilih pergi. Aku kira itu hanya lamunan, nyatanya aku tertampar oleh kenyataan.
Kepalaku masih saja selalu terisi tentangmu. Terisi semua detail tentangmu.
Lesung pipimu yang dalam, mata coklatmu yang selalu memandangku teduh. Tinggimu yang tidak lebih tinggi dari pundakku.
Membuatmu terasa nyaman dan hangat untuk dipeluk. Sungguh aku rindu itu semua.
Aku bingung harus menumpahkan ini semua ke siapa, atau pada apa. Rasa sedih, marah, dan sepi mengumpul menjadi satu didalam kepalaku.
Kepergianmu membuat luka yang belum kering, menjadi basah lagi. Sepertinya ia semakin melebar dan semakin sulit untuk sembuh.
Rasanya aku ingin meminum alkohol sampai mabuk hingga esok. Atau membeli banyak bungkus rokok untuk dihisap sampai habis.
Namun sebelum pergi, kamu berkata "Jaga baik-baik dirimu, jangan pernah melukai dirimu sendiri"
Sialan, kalimatmu seperti kontradiksi terhadap kenyataan yang kamu lakukan padaku sekarang.
Aku bingung harus apa, berduka atas kepergianmu dengan mengurung diriku seharian di kamar rasanya tidak pernah cukup.
Semoga saja aku tidak gila karena itu. Entah esok atau lusa.
Entahlah, hanya bisa berharap pada sang waktu.
Semoga aku baik-baik saja tanpamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H