Tapi sisi posistifnya tak terbantahkan. Ini soal pilihan. Mengapa Himan Utomo, memilih mengunggah foto-foto Pak Dul yang sedang menambal jalan dilakukan? Selain soal pilihan, adalah menyangkut kepedulian, dan sedikit usaha berkeringat. Tidak mudah menjadi orang yang peduli dan membagi kepeduliannya. Tetapi maraknya medsos sangat membantu. Didukung teknologi smartphone, kini orang bisa dengan mudah melaporkan kejadian dan keganjilan di jalanan.
Pernah suatu ketika akun Twitter @e100 menerima dari nitizen sebuah foto pengendara mobil yang sedang membuang sampah di jalan. Itu adalah satu dari ratusan unggahan nitizen yang di-mention ke akun Twitter @e100 atau dibagian ke akun Fanpage E100. Itulah apa yang disebut citizen journalism (jurnalisme warga). Pembaca atau pendengar bisa melaporkan apa yang dilihat atau dialami, termasuk kemacetan atau kecelakaan. Di Surabaya, radio SS FM 100 telah menjadi icon citizen journalism, yang sebelum era medsos, hanya mengandalkan telepon atau SMS.
Tidak perlu alergi pada medsos. Banyak hal bisa dilakukan dengannya. Bahkan pakar hukum sekelas Prof Yusril Ihya Mahendra sering memberikan pendapat hukum melalui akun Twitter-nya, dan bisa dikutip oleh para wartawan. Medsos malah bisa menjadi alat tekan politik, seperti saat kisruh KPK-Polri. Dengan hasteg #SaveKPK misalnya, nitizen bisa membangun dukungan untuk penyelamatan KPK. Bentuk nyata dukungan itu terlihat saat hasteg tersebut menjadi trending topic nomer satu.
Jadi kenapa kita tidak mengoptimalkan peran positif medsos? [*]
Mohammad Nurfatoni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H