Pesawat terbang yang jadi representasi kecemerlangan manusia untuk mengatasi kelemahaan tak bisa terbang, bukan tanpa cela. Pesawat Boeing yang gagah itu berkali-kali jatuh tersudut. Juga kapal karam dan kereta api bertabarakan. Human error? Ketidakdisiplinan penggunanya? Justru jawaban yang juga mengarah akan kelemahan manusia.
Tapi, taruhlah Amerika yang superpower itu. Ternyata bangunan rumah- kokohnya juga rapuh oleh sapuan badai Tornado, juga badai Katrina yang memorakporandakan kawasan New Orleans, di negara bagian Louisiana.
Jadi, adakah supermanusia? Superhero? Superpower? Supermaling? Supergagah? Ada dalam imajinasi liar kita. Tapi sesungguhnya yang ada superringkih! Kita memang ringkih. Sebutir debu cukup membuat mata kita kesakitan. Sebulir batu membuat ginjal tergelepar. Sebiji paku karat menyebabkan sekarat.
Maka, dalam dzikir-dzikir kita, selalu terucap “tiada daya dan kekuatan, kecuali dari Allah” Laa haulaa walaa quwwata illa billaahi. Tanpa Dia kita bukan apa-apa, juga bukan siapa-siapa. Seperti saat lahir, kita tidak bisa apa-apa. Cair dalam aliran ibu. Saat mati pun tidak mampu berbuat apa-apa. Beku, membiru dan membisu.*
Sidojangkung, Maret 2007
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H