Langit memayung mendung kala senja mulai tebar pesona.
Butiran air berguguran menikam bumi, laksana tirai yang menutup cahaya mentari.
Semua manusia bermuka muram, maratapi harapan-harapan yang karam.
Genangan-genangan pun datang melintang memaksaku berkaca pada setiap lubang jalanan.
Keruh, lusuh paras ini, seakan menggambarkan isi hati.
Germuruh guntur bersautan menghanyutkanku dalam irama kebimbangan.
Aku terpinggir, tersudutkan oleh takdir,
Dengan tawa kau suguhi aku ribuan duka , kau lenyapkan kata bahagia.
Kini tirani bernyanyi pada setiap nadi, Â dan ironi menari-nari mengelilingi dinding hati.
Hujan, tertaplah berjatuhan hingga malam menjelang.
Jika nanti cahaya harapan datang maka biaskanlah.
Berikan warna-wara itu untukku, agar aku bisa melepas belenggu takdirku.
Cibitung, jrkstMM2100, 16:20.rb191022, SomadRDWN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H