Mohon tunggu...
Mohammad ReyhanAbyan
Mohammad ReyhanAbyan Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa universitas

lahir di jakarta pada tanggal 2 Juli 1999, dan sekarang sedang menyelesaikan studi S1 di Universitas Darussalam Gontor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penampilan, Sikap dan Tingkah Laku Sebagai Bentuk Diplomasi para Khalifah

24 Oktober 2019   08:49 Diperbarui: 24 Oktober 2019   08:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Merujuk pada definisi dan artinya, secara bahasa ( Duplicity ) atau menggandakan, maksud dari menggandakan adalah " bermuka dua " . Dimana dalam seseorang yang melakukan Diplomasi identik dengan muka dua berkata iya sambil menggelangkan kepala. Secara istilah, Diplomasi merupakan seni bernegeosiasi yang dilakukan beberapa Negara untuk mencapai kepentingan dan kemaslahatan mereka.

Namun tentunya berbeda dengan Islam, apabila  bagi Barat sifat Diplomasi  bermuka dua dimana yang dtampakan tidak sesuai dengan hakikatnya. Maka fondasi Islam dalam berdiplomasi adalah "akhlaq" sebagaimana Rasulullah sendiri diutus untuk memperbaiki tingkah laku Umat manusia. Kesuksesan Rasulullah dalam menyelesaikan misinya terlihat dari pola pikir dan tingkah laku para Sahabat.

Sehingga pasca wafatnya pun kepemimpinan dan pemerintahan tetap berjalan seusia atuarn Al-Quran dan juga Sunnah. Para penerus estafet kepemipinan Islam Khulafaur Rasyidin yaitu : Abu Bakar, umar bin Khattab, Usman bin Affan Ali bin Abi Thalib. Khalifah pertama Abu Bakar terkenal dengan karakteristiknya yang lembut dan juga jujur. Beliau  merupakan sahabat paling dekat dengan Rasul hal itu dapat dilihat dari sejarah panjang perjalanan dakwah Rasulullah, Abu Bakar lah yang dipercaya untuk menemani Rasul Hijrah dari Mekah.

Abu Bakar juga merupakan salah satu dari golongan pertama yang pertama yang mengucapkan syahadat serta masuk Islam. Gelar As-Shiddiq sendiri diberikan Rasulullah atas pembenaran Abu Bakar  terhadap peristiwa Isra' Mi'raj. Kepiawiaannya dalam melakukan diplomasi terlihat dikala menyelesaikan  perselisihan antara kaum Anshor dengan Muhajirin. Perselisihan mengenai penerus kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah. Abu Bakar pun menjelaskan kepada kaum Anshar bahwa kaum Muhajirin Arab tidak akan mematuhi kepada selain pemimpin keturunan Quraisy. Selain itu Abu Bakar juga menyampaikan rasa terimakasih kepada kaum Anshar atas dedikasi mereka dalam menolong perjuangan Islam.

Maka yang pada awalnya Abu Bakar merekomendasikan dua orang sahabat dari kaum Muhajirin yang meneruskan kepemimpinan, justru dimintai untuk menjadi pemimpin. Kedua belah pihak akhirnya mencapai kesepakatan karena takjub dengan kefasihan Abu Bakar dalam bernegosiasi. Hal tersebut dapat menjadi acuan bahwa diplomasi tidaklah bermuka dua jikalau memang individu tersebut sudah memiliki akhlaq yang mulia

Begitu juga dengan Khalifah kedua Umar bin Khattab, beliau  yang terkenal tegas bahkan mampu meluluhkan hati seorang uskup Yerussalem untuk menyerahkan kunci kota.  Umar pergi kota tersebut demi memenuhi permintaan Uskup Sophronius untuk membebaskan langsung kota Yerussalem.          Uskup kagum seketika melihat  keserdehanaan penampilan Umar yang bahkan hanya datang bersama satu pengawal. Negosiasi penyerahan kota berjalan dengan baik dan damai Uskup pun juga mempersilahkan Umar untuk sholat didalam gereja  ketika Umar ingin melaksanakannya. Penampilan yang sederhana dan penuh wibawa juga merupakan upaya yang ampuh demi terlaksananya kelcaran dalam berdiplomasi

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun