Tahukah Anda bahwa tumbuhan dan alga bisa mengubah sinar matahari menjadi energi melalui proses yang disebut fotosintesis? Proses ini penting karena menyediakan makanan dan oksigen yang menopang kehidupan di Bumi. Tapi, bagaimana jika hewan juga bisa melakukannya? Kedengarannya seperti fiksi ilmiah, bukan? Namun, para ilmuwan di Jepang telah membuat kemajuan luar biasa dengan menciptakan sel hewan yang mampu melakukan fotosintesis.
Penelitian ini mungkin terdengar rumit, tetapi sebenarnya membawa harapan besar untuk kesehatan, energi, dan lingkungan kita di masa depan. Mari kita bahas bagaimana hal ini bisa terjadi dan mengapa ini begitu penting.
Apa Itu Fotosintesis dan Mengapa Penting?
Fotosintesis adalah proses yang dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi. Mereka menggunakan klorofil, zat hijau yang ada di daun atau tubuh mereka, untuk menangkap cahaya matahari. Hasil dari proses ini adalah oksigen, yang kita hirup, dan makanan, yang menjadi sumber energi bagi makhluk hidup lainnya.
Proses fotosintesis ini menjadi dasar dari rantai makanan di Bumi. Tanpa fotosintesis, kehidupan seperti yang kita kenal mungkin tidak akan ada. Karena itu, para ilmuwan sudah lama terinspirasi oleh proses ini untuk menciptakan teknologi baru.
Sel Hewan yang Bisa Fotosintesis: Bagaimana Caranya?
Penelitian revolusioner ini dilakukan dengan menggabungkan kloroplas, bagian sel tumbuhan yang bertugas melakukan fotosintesis, ke dalam sel hewan. Kloroplas yang digunakan berasal dari Cyanidioschyzon merolae, sebuah alga merah kecil yang hidup di lingkungan ekstrem seperti sumber air panas.
Mengapa menggunakan alga ini? Karena kloroplasnya lebih sederhana dibandingkan tumbuhan lain, sehingga lebih stabil untuk percobaan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh para ilmuwan:
Mengisolasi Kloroplas
Kloroplas diambil dari sel alga dan dipisahkan dari bagian-bagian lain menggunakan alat khusus. Proses ini memastikan bahwa kloroplas tetap aktif dan mampu melakukan fotosintesis.Memasukkan Kloroplas ke Sel Hewan
Kloroplas yang sudah diambil kemudian dimasukkan ke dalam sel CHO-K1 (sel dari ovarium hamster). Sel ini sering digunakan dalam penelitian karena fleksibel dan mudah menerima komponen asing.Mengamati Hasilnya
Setelah beberapa hari, kloroplas di dalam sel hewan tetap aktif dan mampu menghasilkan energi menggunakan cahaya matahari. Namun, setelah dua hari, kloroplas mulai rusak karena tidak adanya sistem di dalam sel hewan untuk menjaga kloroplas tetap utuh.
Hasil Penelitian
Penelitian ini membuktikan bahwa kloroplas dapat berfungsi di dalam sel hewan meskipun hanya sementara. Sel-sel hewan dengan kloroplas ini mampu melakukan fotosintesis selama dua hari pertama sebelum struktur kloroplas mulai rusak.
Pengamatan menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa kloroplas yang dimasukkan ke dalam sel hewan berada di dekat inti sel, sering kali dikelilingi oleh mitokondria. Mitokondria adalah "pembangkit energi" di dalam sel hewan, sehingga lokasinya dekat dengan kloroplas bisa jadi strategis untuk mendukung fungsi energi.
Namun, pada hari keempat, kloroplas mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Tilakoid, bagian penting kloroplas yang menjalankan proses fotosintesis, mulai hancur. Hal ini disebabkan karena sel hewan tidak memiliki mekanisme untuk memperbaiki kerusakan pada kloroplas.
Mengapa Ini Penting?
Penelitian ini adalah tonggak sejarah dalam biologi sintetis. Meskipun fotosintesis dalam sel hewan ini hanya berlangsung sementara, hasilnya sangat menjanjikan untuk masa depan. Ada beberapa potensi manfaat dari penelitian ini:
Inovasi di Bidang Medis
Penelitian ini bisa membuka jalan untuk terapi regeneratif, yaitu memperbaiki jaringan tubuh manusia menggunakan teknologi biologis.Sumber Energi Baru
Bayangkan jika di masa depan, manusia atau hewan bisa memanfaatkan cahaya matahari untuk energi. Ini akan menjadi solusi ramah lingkungan yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.Peningkatan Pemahaman Ilmiah
Penelitian ini membantu kita memahami lebih dalam bagaimana kloroplas bekerja dan bagaimana mereka bisa beradaptasi di lingkungan baru.
Tantangan dan Langkah Selanjutnya
Meskipun hasilnya menjanjikan, masih ada banyak tantangan yang harus diatasi. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membuat kloroplas bisa bertahan lebih lama di dalam sel hewan. Para ilmuwan juga perlu menemukan cara agar kloroplas dan sel hewan bisa bekerja sama lebih baik tanpa saling merusak.
Selain itu, penelitian ini masih dilakukan pada tingkat laboratorium. Untuk membawa teknologi ini ke aplikasi nyata, diperlukan lebih banyak penelitian dan pengembangan.
Kesimpulan
Sel hewan fotosintetik adalah inovasi yang luar biasa dalam biologi sintetis. Penelitian ini menunjukkan bahwa kloroplas dari alga bisa berfungsi di dalam sel hewan, meskipun hanya sementara. Ini membuka peluang besar untuk inovasi di bidang medis, energi, dan lingkungan.
Meskipun masih banyak yang harus dilakukan, temuan ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan terus bergerak maju, menghadirkan solusi kreatif untuk tantangan global. Siapa tahu, di masa depan, ide tentang manusia yang bisa memanfaatkan sinar matahari seperti tumbuhan mungkin bukan lagi sekadar impian!
Referensi:
Aoki, R., Inui, Y., et al. (2024). Incorporation of photosynthetically active algal chloroplasts in cultured mammalian cells towards photosynthesis in animals. Proceedings of the Japan Academy, Series B, 100, 524-534. https://doi.org/10.2183/pjab.100.035
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H