Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola

Melawan Malaysia Selalu Seru, Kenapa?

1 Januari 2022   13:08 Diperbarui: 1 Januari 2022   13:14 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan sepakbola melawan Malaysia selalu seru (foto: sindonews.com)

Malaysia merupakan negara tetangga dan masih satu rumpun dengan bangsa kita. Rumpun Melayu yang masyarakat Sumatera bagian Utara dan timur menjadikan. Entah kenapa setiap pertandingan olahraga melawan Malaysia selalu mendapat perhatian lebih. terlebih lagi dalam pertandingan sepakbola.

Euforia penonton sangat luar biasa apabila tim nasional Indonesia bertanding melawan Malaysia. Terlebih lagi di Piala AFF yang paling bergensi se Asia Tenggara.

Rasa nasionalisme itu rasanya seperti memuncak dua kali lipat. Ada rasa gengsi jika kalah melawan Malaysia sehingga dianggap sebagai musuh bebuyutan.
Bahkan banyak anggapan, kita boleh kalah dari tim lain tapi kalah dari Malaysia itu sangat menyakitkan.

Aroma persaingan dengan negeri tetangga tersebut tidak lepas dari sejarah hubungan kedua negara. Tentu titik awal perseteruan ini ketika momen "Ganyang Malaysia" yang dikobarkan presiden Soekarno pada awal tahun 60-an.

Latar belakangnya ketidaksetujuan Soekarno atas rencana pembentukan federasi Malaysia oleh pemerintah Inggris dengan menggabungkan semenjang Malaya dengan Sabah yang ada di Kalimantan bagian Utara. Soekarno beralasan Malaysia hanya akan menjadi boneka Inggris. Dengan ini kontrol Inggris di semenanjung Malaya akan kuat dan dikhawatirkan bisa mengancam Indonesia.

Rakyat Malaysia menganggap Soekarno telah mencampuri urusan dalam negeri mereka dan melakukan demonstrasi di depan gedung KBRI di Kuala lumpur. Mereka merobek-robek foto Soekarno dan menginjak lambang negara, Garuda Pancasila.

Kemarahan Soekarno memuncak sehingga memerintahkan untuk konfrontasi dengan Malaysia dan memproklamirkan gerakan ganyang malaysia. Ketegangan akhirnya terjadi. konflik tidak dapat dihindarkan dan peperangan antara militer kedua negara. Baru pada tahun 1966 pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat mengakhiri konflik dan berdamai. 

Sejak saat itu pasang surut hubungan kedua negara mewarnai perjalanan. Salah satunya berkaitan dengan keberadaan tenaga kerja Indonesia TKI yang banyak dikirim ke Malaysia. Pernah ada sebuah perusahaan yang menggunakan kata-kata yang kurang baik dalam iklannya.

"Fire Your Indonesia Maid Now!" (Pecat pembantu rumah tangga Indonesia sekarang!) Demikian bunyi iklan tersebut yang intinya mengajak untuk tidak menggunakan jasa tenaga kerja Indonesia karena sudah ada teknologi robot yang bisa menggantikan.

Masyarakat juga geram karena Malaysia kerap mengklaim budaya masyarakat Indonesia sebagai miliknya. Kita bisa menyebutkan beberapa diantaranya batik, reog Ponorogo, wayang kulit, lagu rasa Sayange, sampai makanan rendang. Untungnya hal itu bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan masalah besar.

Puncak ketegangan terjadi ketika perebutan wilayah, pulau sipadan-ligitan di timur pulau Kalimantan. Kedua pulau yang berada di wilayah indonesia tiba-tiba diklaim oleh tetangga. Masalah ini sampai dibawa ke mahkamah internasional dan memenangkan Malaysia.

Beberapa contoh diatas sampai meluber ke pertandingan sepakbola. Psywar atau perang urat syaraf kadang juga terjadi. Yang terbaru, beberapa waktu yang lalu sebelum pertandingan Indonesia vs Malaysia. striker Negeri Jiran Safawi Rashid melontarkan pernyataan jika timnas Indonesia hanya setara Laos.

Suasana panas sering terjadi diantara para suporter jika kedua tim ini bertemu baik itu di stadion bukit Jalil (para TKI biasanya juga hadir dalam jumlah banyak meskipun di kandang lawan) maupun gelora bung Karno karena kedua stadion tersebut yang kerap menggelar pertandingan tersebut.

Kita tentu berharap persaingan tersebut sebatas kecintaan suporter pada sepakbola dan tim nasional mereka. Persaingan, ketegangan pasti ada apalagi yang bertanding adalah tim nasional yang membawa nama negara. Yang pasti kita nikmati saja permainan sepakbola.

Di lapangan menjadi lawan, di luar tetap bersahabat. Jangan sampai mencederai hubungan baik yang sudah dijalin selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun