Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Thailand Unggul Segalanya

29 Desember 2021   23:10 Diperbarui: 29 Desember 2021   23:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia tidak mampu berbuat banyak menghadapi Thailand (foto: detik.com)

Leg pertama semifinal Suzuki AFF Cup baru saja berakhir. Indonesia harus mengakui ketangguhan Thailand dan menyerah dengan skor telak 4-0 dalam pertandingan di National Stadium Singapura Rabu (29/12) ini. 

Harus diakui permainan asuhan Shin Tae-yong tidak bisa berkembang. Sangat terlihat di babak pertama pertandingan berjalan tidak seimbang dengan Thailand praktis mengontrol jalannya pertandingan. 

Statistik babak pertama, penguasa bola juga terpaut cukup jauh. Indonesia hanya mampu melesakkan dua tembakan ke gawang Thailand namun tidak ada yang tepat sasaran. Indonesia benar-benar didikte sehingga tidak diberi kesempatan mengembangkan permainan. Thailand menerapkan pola permainan cepat dengan umpan-umpan pendek dari bawah.

Para pemain tampak gugup dengan serangan seporadis Thailand yang cepat di awal pertandingan. Apalagi dengan gol cepat dari Chanathip Songkrasin saat pertandingan belum genap berjalan dua menit. Semenjak itu praktis Indonesia dikurung dan pertandingan seperti berjalan setengah lapangan. 

Passing juga menjadi problem. Kita melihat pemain Indonesia terlalu sering salah passing dan umpan. Ini merupakan kesalahan yang elementer atau mendasar. Juga umpan banyak yang nanggung.

Salah satu hal yang membuat tim Indonesia tertekan sepanjang pertandingan adalah terlalu cepat kehilangan bola. Umpan satu dua dari kaki ke kaki yang biasanya diperagaka tidak banyak terlihat. Saat Thailand lama menguasai bola, pemain Indonesia malah sering kehilangan bola baik itu karena direbut lawan maupun salah umpan. 

Ketika bola ada di area pertahanan Indonesia, para pemain Thailand langsung melakukan pressing sehingga pemain Indonesia menjadi tertekan dan akhirnya langsung melakukan umpan lambung. Tidak terlihat adanya kerjasama umpan-umpan pendek dari lini belakang yang biasanya diperagakan oleh Asnawi dkk.

Gol-gol yang bersarang ke gawang Nadeo menunjukkan lemahnya pemain Indonesia dalam mengantisipasi umpan tarik lawan. Terlihat jelas dua dari empat gol Thailand terjadi dalam situasi tersebut. Saat pemain lawan menyisir dari sayap dan melesakkan umpan tidak ada pemain yang mengantisipasi lawan yang sudah siap menerima bola atau melakukan blok.

Absennya Pratama Arhan terlihat sekali dampaknya. Area kiri pertahanan benar-benar dibombardir dan berhasil dimanfaatkan. 

Edo febriansyah yang menggantikan posisi Arhan tidak kuasa membendung eksplosivitas winger kanan Thailand; Phillip Poller. Ia tampil superior mengacak-acak pertahanan Indonesia dan sukses memberikan dua assist. 

Pada artikel sebelumnya saya menulis pemain Thailand yang wajib diwaspadai adalah kapten tim Chanathip Songkrasin. Hal ini terbukti pada pertandingan tadi. 

Chanathip memang tampil luar biasa dan menjadi pembeda. Selain skill individu yang mumpuni, pemain yang berkarir di Liga Jepang ini juga punya kelebihan dalam hal penguasaan bola. Body balance sangat kuat dan begitu sulit untuk merebut bola dari kakinya. Dua gol yang dicetaknya ke gawang Nadeo menjadi bukti kehebatannya.

Sejak awal pertandingan Thailand leluasa menguasai permainan. Tidak mudah kehilangan bola menjadi kunci kesuksesan Thailand. Passing dan umpan berjalan mulus didukung penguasaan bola yang sangat baik. 

Praktis hal ini membuat pertahanan Indonesia diserang habis-habisan dan Nadeo harus berjibaku menyelamatkan gawangnya. 

Praktis tidak banyak peluang berbahaya yang didapatkan Indonesia. Mirisnya hanya sanggup melepaskan 4 tendangan namun hanya satu yang mengarah sasaran lewat Irfan Jaya. Berbanding jauh dengan Thailand yang membuat 19 tembakan dengan 9 diantaranya mengarah ke gawang Nadeo.

Skuad Garuda memang kalah segalanya. Statistik menunjukkan hasil yang sangat njomplang. Ball possesion 66,5% berbanding 33,5% menunjukkan bahwa kualitas timnas Thailand masih beberapa level di atas timnas kita. 

Secara kasat mata sudah kelihatan mereka unggul segalanya. Dari akurasi passing, shoot on target, kerjasama tim menunjukkan pasukan Gajah Perang benar-benar sangat superior. 

Pekerjaan rumah yang sangat berat bagi skuad Shin Tae-yong menghadapi leg kedua 1 Januari nanti. Memang butuh sebuah keajaiban. Namun, semua hal bisa terjadi dalam 90 menit nanti. Kita berharap pemain Garuda muda bisa tampil habis-habisan dan keluar dari tekanan. 

Semoga para pemain bisa bermain lepas dan tenang. Tidak panik serta demam panggung semoga tidak terjadi pada skuad yang masih sangat muda ini. Apapun hasilnya, kita patut memberikan apresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun