Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Fokus dan Benahi Kelemahan!

29 Desember 2021   13:42 Diperbarui: 29 Desember 2021   14:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan tim nasional Indonesia dalam perhelatan Suzuki AFF Cup 2020 telah memasuki fase akhir. Tim asuhan Shin Tae-yong ini melaju ke babak final dan menantang tim kuat Thailand. Ini merupakan final keenam bagi tim Garuda dan menjadi pertemuan keempat di final melawan Thailand.

Kedua tim melaju mulus dengan tidak terkalahkan sampai partai puncak. Thailand meraih lima kemenangan dan satu imbang, sementara Indonesia mendulang dua kali hasil imbang dan empat kemenangan.

Khusus bagi tim nasional Indonesia yang mayoritas dihuni para pemain muda, ada beberapa catatan yang perlu dibenahi untuk menatap pertandingan final. Terlepas dari fakta bahwa Indonesia menjadi tim paling produktif.

Dari laga melawan Singapura di semifinal mungkin kita bisa melihat beberapa catatan yang perlu dibenahi Shin Tae-yong dan asistennya. Yang pertama ketajaman ujung tombak. Shin Tae-yong membawa empat striker ke Singapura untuk melengkapi skuad. Mereka adalah Ezra Walian, Kushedya Hari Yudo, Dedik Setiawan, dan Hanis Saghara.

Keempat ujung tombak tersebut sudah diberi kesempatan bermain. Masalahnya, hanya Ezra Walian yang bisa mencetak gol (2). Walaupun Indonesia menjadi tim paling produktif (18 gol), hanya dua gol yang dihasilkan dari para penyerang, itupun cuma Ezra Walian yang bisa melakukannya. 

Ini tentu menjadi PR bagi staff pelatih. Menarik untuk disimak siapa yang akan diturunkan dalam leg pertama nanti, mengingat selama ini Shin Tae-yong lebih sering menurunkan satu striker sebagai ujung tombak. Untungnya mandulnya para striker tersebut tertutupi dengan gemilangnya para gelandang seperti Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, dan top skor timnas saat ini Irfan Jaya.

Problem kedua adalah kurang bisa memaksimalkan peluang lewat bola mati. Kalau kita amati pertandingan leg kedua melawan Singapura kemarin, timnas mendapat banyak peluang bola mati baik lewat sepak pojok maupun tendangan bebas. Namun belum bisa dimanfaatkan dengan baik. 

Bandingkan dengan Singapura yang mendapat dua tendangan bebas yang dieksekusi Syahdan Sulaiman. Satu menghasilkan gol, satunya lagi ditepis oleh kiper Nadeo Argawinata. Saat itu kita tidak mempunyai seorang spesialis bola mati sehingga peluang lewat bola mati melayang begitu saja. 

Apalagi postur pemain depan kita juga tidak terlalu tinggi. Alfeandra Dewangga yang beberapa kali dipercaya menjadi eksekutor tendangan bebas belum bisa memberikan ancaman berarti, bahkan satu tendangan bebasnya melenceng jauh di atas mistar gawang. 

Evan Dimas dan Elkan Baggot yang sering dibangkucadangkan mungkin layak untuk diberi kesempatan tampil lebih awal untuk mendapatkan peluang ini. 

Kombinasi keduanya terlihat pada gol keempat saat melawan Malaysia. Sepak pojok yang dilakukan Evan disambut tandukan Elkan yang berhasil memanfaatkan postur tubuhnya yang jangkung.

Permasalahan lain adalah finishing touch yang masih kurang. Begitu banyak peluang ketika berhadapan dengan Singapura yang seharusnya bisa mencetak lebih dari empat gol terlepas dari gemilangnya penampilan kiper Singapura, Hasan Sunny. Ini yang mungkin bisa terus diasah, memanfaatkan banyak peluang.

Ketahanan fisik juga patut menjadi perhatian utama. Ini menjadi masalah klasik yang seringkali dialami para pemain timnas kita. Tampil bagus di babak pertama kemudian kehabisan bensin di babak kedua mengakibatkan permainan menjadi menurun dan menjadi peluang bagi tim lawan untuk menyerang.

Fisik juga yang pertama kali diperhatikan oleh Shin Tae-yong saat pertama kali ditunjuk menjadi pelatih tim nasional merah putih. Maka sejak awal Shin Tae-yong dan staff pelatih menggenjot fisik pemain. Diharapkan dengan fisik yang kuat sanggup bertarung fight selama 90 menit bahkan babak perpanjangan waktu. 

Kondisi fisik tentu akan berimbas pada permainan. Stamina yang jauh menurun akan membuat konsentrasi dan fokus akan berkurang. Semoga beberapa kekurangan tersebut dapat diatasi dan tim nasional Indonesia yang bermaterikan banyak pemain muda bisa menunjukkan permainan yang solid. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun