Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Legenda Tak Sesuai Ekspektasi

1 Desember 2021   12:32 Diperbarui: 1 Desember 2021   12:56 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemain yang berstatus legenda klub tentunya punya tempat tersendiri bagi klub maupun penggemar. Ada banyak mantan pemain yang melatih eks klub nya tersebut.

Beberapa diantaranya bisa terbilang sukses. Kita bisa menyebut misalnya Pep Guardiola bersama Barcelona. Racikan tiki-taka yang dipopulerkan selama di klub Catalan tersebut terbukti sukses besar memberikan berbagai gelar bergengsi.  

Total 13 titel dalam empat musim menjadi buksi sahih kehebatan Guardiola. Ia juga sempat membukukan prestasi spektakuler saat meraih 6 gelar dalam satu tahun. Sesuatu yang belum pernah diraih pelatih manapun.

Setelahnya ada juga mantan pemain Barca lain yaitu Luis Enrique yang sukses mempersembahkan trible winner bagi klub catalan.

Real Madrid juga pernah mengalami masa jaya saat dilatih oleh legendanya. Jika Barcelona punya Pep Guardiola dan Luis Enrique, di Real Madrid ada sosok Miguel Munoz. 

Bahkan, mantan kapten Madrid ini merupakan pelatih tersukses sepanjang masa bagi klub ibukota tersebut. 14 tropy telah dipersembahkan dalam karir kepelatihannya di Madrid yang cukup lama.

Selain Munoz kita juga tidak akan lupa prestasi sensasional legenda Real Madrid lainnya, Zinedine Zidane. Mantan kapten tim nasional Perancis tersebut memberikan 11 tropi untuk Madrid yang menjadikannya pelatih Madrid tersukses kedua dalam sejarah klub setelah Munoz.

Salah satu prestasi fenomenal yang pernah dicapai Zizou adalah meraih gelar liga Champions tiga musim berturut. Ia melatih klub ibukota Spanyol tersebut dalam dua periode.

Namun dibalik itu, ada juga pelatih yang dianggap gagal memenuhi ekspektasi saat memoles mantan klub nya.

Tahun 2018 Bayern Munchen menunjuk mantan pemain mereka Niko Kovac untuk menjadi pelatih. Kesuksesan Kovac membawa Eintracht Frankfurt ke papan atas Bundesliga diharapkan membawa Munchen ke arah kesuksesan. 

Namun ekspektasi besar tersebut gagal terwujud. Sempat menjanjikan dengan menyabet gelar liga domestik dan DFB-Pokal di musim perdananya. Akan tetapi performa Munchen anjlok di musim keduanya melatih. 

Puncaknya ketika dihajar 1-5 dari Eintracht Frankfurt yang tak lain mantan klub asuhan Kovac. Ia pun akhirnya resmi diberhentikan pada paruh musim keduanya.

Di Liga Inggris, kita tidak bisa menyangkal kehebatan dan prestasi yang diraih Frank Lampard semasa menjadi pemain Chelsea. Ia begitu identik The Blues. 

Berbagai tropi domestik maupun Eropa dipersembahkan bagi klub London tersebut. Ia juga merupakan top skorer sepanjang masa Chelsea meskipun berposisi sebgai gelandang.

Sebenarnya cukup mengejutkan saat Chelsea menunjuk mantan pemain legendarisnya tersebut untuk menggantikan Maurizio Sarri mengingat sebelumnya ia hanya melatih klub divisi bawah Derby County .

Mengantarkan klub London biru finish 4 besar dan final piala FA membuat asa semakin tinggi mengingat musim tersebut Chelsea terkena larangan transfer.

Lampard menguras kas klub hingga 220 juta pound untuk mendatangkan beberapa pemain top seperti Kai Havertz, Hakim Ziyech, Timo Werner, Eduardo Mendy saat hukuman transfer berakhir, namun belum mampu mengangkat performa tim.

Hingga akhirnya dengan berat hati Chelsea harus mem-PHK legenda yang telah memberikan berbagai gelar bergengsi seperti tiga tropi liga Inggris serta masing-masing satu tropi Liga Champions dan Liga Europa.

Di Italia Juventus menunjuk mantan gelandang mereka, Andrea Pirlo menjadi pelatih utama mengggantikan Maurizio Sarri yang dipecat. Hal ini cukup mengejutkan mengingat Pirlo baru saja diangkat menjadi pelatih tim U-23 Juventus.

Pirlo pernah menjadi pemain Juventus setelah bergelimang gelar bersama AC Milan. Ia merupakan seorang maestro deep lying maker jempolan yang menjadi inspirasi banyak pemain tengah lain.

Dianggap sudah habis, ia menunjukkan kehebatannya di usia senja dengan mempersembahkan 4 tropi liga Italia bagi Juventus.

Akan tetapi kehebatannya di atas lapangan belum berbanding lurus dengan prestasi sebagai pelatih. Ia hanya sanggup bertahan semusim saja menangani Cristiano Ronaldo dkk. 

Ini diakibatkan kondisi tim yang tidak bagus dengan tersingkir dari Liga Champions, gagal mempertahankan juara Liga Italia, serta finish di posisi keempat di akhir liga. Kendati demikian ia sempat memberikan tropi Copa Italia dan Piala Super Italia.

Nama terakhir yang masih hangat dibicarakan adalah Ole Gunnar Solskjaer. Pendukung Manchester United tentu tidak akan pernah lupa gol bersejarah Ole di final Liga Champions tahun 1999 melawan Bayern Munchen di Nou Camp yang membawa "Setan Merah" menjadi jawara Eropa.

Ia ditunjuk menjadi pelatih/manajer Manchester United pasca dipecatnya Jose Mourinho. Ole yang pernah melatih Cardiff city dan Molde awalnya hanya menjadi pelatih interim (sementara) sebelum dipermanenkan dengan kontrak panjang.

Ia digadang-gadang menjadi suksesor Sir Alex Ferguson apalagi statusnya sebagai legenda klub. Namun akhir bulan kemarin menjadi titik nadir karirnya sebagai Manchester United. 

Manajemen resmi memberhentikan sang pelatih menyusul serangkaian hasil buruk pada beberapa pertandingan termasuk dipermak Watford 1-4 di laga terakhirnya.
Tidak seperti Lampard dan Pirlo yang hanya bertahan singkat, Ole termasuk beruntung bisa beberapa kali selamat dari pemecatan. 

Tiga musim tanpa memenangi satu gelar pun semakin meyakinkan manajemen untuk memecat legenda mereka yang dulu dikenal dengan sebutan baby face assassin tersebut.

Dari beberapa contoh diatas menunjukkan bahwa mantan pemain sendiri tidak bisa menjamin 100% kesuksesan mereka saat menjadi pelatih.

Status sebagai legenda klub tentu menjadi titel yang akan dihormati oleh fans. Namun sebagai pelatih ia akan dilihat dari kinerja dan prestasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun