Mohon tunggu...
Mohammad Nasih Al Hashas
Mohammad Nasih Al Hashas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bersyukur dan Ikhlas

Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iblis, Guru Tauhid Paripurna

17 Desember 2021   22:57 Diperbarui: 18 Desember 2021   01:09 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saudaraku, seperti apa yang dikatakan Jalaluddin Rumi dalam puisinya, "Saat menguraikan cinta, akal berbaring pasrah seperti seekor keledai terperosok lumpur. Cinta itu sendirilah yang mengungkapkan penjelasan cintadan kondisi cinta. Bukti sang mentari adalah mentari itu sendiri. Jika kau ingin bukti, jangan palingkan wajahmu darinya!". Cinta yang sesungguhnya adalah dari hati dan bukan akal, maka cinta tulus lelaki pada kekasihNya akan selalu berpedoman dari kata-kata yang keluar melalui hati nuraninya. Begitu juga iblis, cintanya kepada Sang Kekasih telah merusak akalnya sehingga ia tak lagi patuh dan taat dengan perintah Kekasihnya. Iblis hanya ingin membuktikan cintanya pada Sang Kekasih dengan tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya kepada selainNya. Sekali saja ia memalingkan wajahnya dari Sang Kekasih, maka kemurnian cintanya telah ternodai.
Kemudian dalam pembahasan ini, Al-Hallaj pernah membandingkan antara iblis dan Nabi Muhammad. Ia mengatakan bahwasanya iblis merupakan imam dan pemimpin bagi para malaikat dan penduduk langit, sedangkan Nabi Muhammad adalah imam bagi penduduk bumi.

Saudaraku, pernah suatu saat saya mendengarkan mauidhoh hasanah dari KH. Bahauddin Nursalim atau biasa kita kenal dengan Gus Baha'. Beliau pernah berkata bahwa walaupun jika ia telah mengetahui bahwa ia kelak akan menjadi penghuni neraka, maka ia tetap akan beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT hingga ajal menjemput. Inilah yang berulang kali saya maksud dengan cinta yang murni, yakni cinta yang tak sedikitpun mengharapkan imbalan sebagaimana cinta seorang ibu kepada anak-anaknya dan cinta iblis kepada Tuhannya. Walaupun iblis telah mengetahui akibat dari pembangkangannya, namun ia tak sedikitpun mengurangi cintanya kepada Allah, bahkan melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.

Sampai di sini, kita perlu sedikit lagi memahami dan mengambil hikmah juga ibrah dari pernyataan dan jawaban iblis yang menunjukkan kesombongannya dengan mengatakan bahwa ia diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari tanah, bahwasanya jawaban ini hanyalah untuk menjawab pertanyaan retoris afirmatif dari Kekasihnya. Kala itu Allah bertanya pada iblis (sebagaimana tercantum dalam Q.S Shad ayat 75), "(Allah) berfirman, "Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?"". Padahal Allah Al-Khabir (Yang Maha Mengetahui) pasti telah mengetahui bagaimana suara hati seorang iblis, inilah alasan kenapa pertanyaan ini saya sebut sebagai pertanyaan retoris afirmatif. Dan kemudian jawaban iblis hanyalah sebagai alasan agar ia bisa menjawab pertanyaan dari Kekasihnya yang sangat ia cintai.

Sebenarnya Allah SWT juga sangat memaklumi perlakuan iblis terhadap Adam a.s, dengan bukti bahwasanya selain melaknat iblis, mengeluarkannya dari surga dan akan menempatkannya di neraka, Allah masih mau menerima permohonan iblis untuk dihidupkan hingga hari kiamat untuk memberikan kesempatan mempengaruhi dan membujuk Adam a.s dan seluruh keturunannya agar tersesat dari jalanNya.

Kesombongan dari iblis ini merupakan kesombongan yang pertama kali muncul. Kesombongan dari seorang yang amat sangat mencintai kekasihnya. Oleh karena itu, selain menjadi guru tauhid yang paripurna, iblis juga menjadi guru dalam segala kebaikan. Kenapa demikian? Karena seluruh keburukan yang dilakukan oleh iblis adalah memiliki pesan tersirat, jika pesan tersirat tersebut diucapkan maka kurang lebih seperti ini, "janganlah kalian melakukan apa yang saya lakukan jika kalian tidak ingin masuk golongan orang-orang yang terlaknat dan tersesat!". Akhirnya, sangat bijak orang yang berkata bahwa di setiap kebaikan pasti akan kita temukan kekurangan dan pada setiap keburukan pasti ada pesan-pesan baik yang terkandung di dalamnya. Yang hitam tak selamanya hitam, begitu juga yang putih pasti akan ditemukan coretan di dalamnya, kecuali sesuatu yang telah disucikan oleh Allah Azza wa Jalla.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun