Berbicara tentang kuliner khas Daearah Istimewa Yogyakarta tentunya yang akan sering disebutkan adalah gudeg, bakpia dan bahkan oseng-oseng mercon kini mulai disebutkan sebagai olahan atau kuliner khas D.I Yogyakarta, Hal ini tidak salah mengingat bagaimana memang begitu terkenalnya beberapa makanan tersebut. Namun memang ada beberapa kuliner yang seharusnya tidak boleh lepas dari pandangan dan salah satunya adalah Gaplek, olahan dari singkong yang mulai dikenal luas.
Gaplek yang sedang kita bahas ini tentunya bukanlah salah satu permainan yang sudah dikenal oleh masyarakat, namun gaplek yang satu ini adalah produk olahan yang berasal dari singkong.Â
Gaplek sendiri dapat dijumpai di berbagai daerah jawa khususnya dalam hal ini kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Alasan mengapa gaplek dapat mudah dijumpai di daerah Gunung kidul sendiri selaras dengan karakteristik singkong sendiri yang memang dapat dengan mudah tumbuh di daerah kering seperti Gunungkidul.
Cara untuk membuat gaplek terbilang sangat mudah untuk dilakukan, Pertama-tama siapkan singkong yang sudah dipanen, kemudian  kupas singkong tersebut ,setelah dikupas, singkong tersebut di cuci hingga bersih kemudian tiriskan, setelah singkong ditiriskan kemudian potong singkong memanjang atau panjang-panjang .Â
Setelah dipotong, jemur singkong di udara luar atau dibawah matahari langsung dalam jangka waktu 2-3 hari. Setelah di jemur dibawah sinar matahari selama beberapa hari, singkong yang sudah dijemur tersebut ditutupi dengan terpal atau tikar selama 1 hari, penutupan dengan tikar ini dimaksudkan untuk menghilangkan racun-racun yang ada pada singkong.Â
Setelah penutupan singkong selama 1 hari tersebut jemur singkong kembali hingga benar-benar kering. Setelah benar-benar kering, gaplek yang siap 'dipanen' akan berwarna putih dan kemas gaplek tersebut ke dalam karung untuk menjaga kualitas dari gaplek tersebut.
Gaplek sendiri karena terbuat dari singkong maka sangat cocok sebagai sumber utama pengganti karbohidrat utama, sebab dalam gaplek yang notabene dari singkong ini memiliki kandungan karbohidrat sebesar 34,7 gr. Selain itu singkong sendiri memiliki kandungan air yang sangat sedikit yang membuat gaplek menjadi lebih awet dari makanan tradisional lainnya.Â
Selain dijual dalam bentuk gaplek, gaplek juga dapat diolah menjadi beberapa makanan tradisional lainnya seperti tepung gaplek, tiwul, gatot dan berbagai olahan makanan tradisional lainya. Bahkan olahan tradisional dari gaplek yang bernama tiwul ini bahkan sudah mulai ikut dalam aliran modernisasi, ini bisa dilihat dari berbagai olahan tiwul kekinian dan olahan tiwul dalam kaleng guna menggaet pasar anak muda.
Keistimewaan gaplek memang sangat terasa khususnya bagi masyarakat kalangan menengah yang berada di pedesaan. Kedekatan warga dengan gaplek sendiri sudah mengakar puluhan tahun pada masyarakat jawa khususnya pedesaan, ini dapat dilihat dengan bagaimana masyarakat masih menurunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi cara mengolah dan membuat gaplek tersebut.Â
Bahkan saking dekatnya gaplek dengan masyarakat jawa, Proklamator sempat menyinggung gaplek di tengah pidatonya. "Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe.Â
Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak." Ucap SOekarno dalam salah satu pidatonya.
Hendaknya kita sebagai generasi muda harus menjaga dan melestarikan kuliner tradisional ini agar tidak punah atau luntur dimakan jaman dengan tentunya memberdayakan para pembuat gaplek ini. Cintai produk local Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H