Mohon tunggu...
Muhammed Gazi
Muhammed Gazi Mohon Tunggu... Jurnalis - Manusia Biasa

Diciptakan dengan kebaikan dan kembali dengan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erdogan, Sisi Lain "Singa" Eropa

14 Juli 2020   12:47 Diperbarui: 27 Agustus 2020   11:10 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi merupakan suatu tantangan yang sulit bagi Erdogan jika ia hanya mengambil kepercayaan dari kalangan islami. Maka ia menggunakan strategi dakwah secara perlahan dimana ia tak menyebarkan kebencian dan pelarangan pada orang yang tak melaksanakan syariat islam. 

Iapun merubah secara perlahan undang-undang kepada sesuatu yang lebih islami. Sehingga saat ini dikenal ideologi Erdoganisme yang ingin menggantikan Kemalisme yang dianut sekarang dan mengubah kembali Turki seperti masa kejayaannya pada zaman Kesultanan Utsmani.  

Sepanjang masa jabatannya ia berhasil membawa Turki kepada sesuatu yang lebih moderen dan dipandang dunia. Kini Turki telah menjadi salah satu negara pilihan yang menjadi peradaban dunia dari bidang ekonomi, sosial, dan yang terbesar adalah pendidikan. Walaupun ditengah kepemimpinannya banyak dilontarkan kebencian dari luar dan dalam. Mulai dari krisis ekonomi yang dialami Turki pada 2017 sampai konfrontasinya terhadap PKK dan konflik Suriah. Hingga pada puncaknya terjadi kudeta yang ingin menjatuhkan dirinya pada tanggal 15 Juli 2016.                                       

Erdogan dan Insiden Kudeta

Ada yang unik dari kudeta kali ini. Sepanjang sejarah perpolitikan Turki yang terkategori cukup panas, dimana telah terjadi 4 kali kudeta dan hanya kali ini yang gagal. Walaupun sebenarnya banyak pula menelan korban dari kalangan sipil dan militer. Dikarenakan kharisma Erdogan dihadapan rakyatnya membuat sebagian besar mencintainya bahkan rela mati demi mempertahankan dirinya di puncak hierarki kepemimpinan Republik Turki. Kembali lagi karena Erdogan yang berhasil mengambil hati rakyatnya secara damai. 

Berbeda dengan kudeta Presiden Mursi pada 2013 dimana ia berhasil dilengserkan dan dipenjara karena kesalahannya dalam mengubah Mesir. Keadaan Mesir pada saat itu sama dengan Turki yang berbau sekuler. Namun secara tiba-tiba Mursi langsung mengubah segala sesuatu harus berdasarkan syariat sehingga ia kehilangan sebagian besar kepercayaan rakyatnya yang justru akan membantunya ketika kudeta dilancarkan.

Tak semua suka Erdogan        

Meski pencapaiannya luar biasa, tak sedikit pula orang yang membenci sosoknya. Banyak yang memberikan tuduhan kalau Erdogan hanya ingin mengambil suara umat muslim dunia untuk kepentingan promosi dirinya. Kudeta di tahun 2016 disangka-sangka hanya skenarionya untuk mengambil hati rakyat Turki. Sosok Erdogan yang akhir-akhir ini terlalu 'merangkul' sehingga ia seakan tunduk terhadap negara adidaya seperti Amerika dan Rusia. Ia telah kehilangan pamornya yang dikenal pemberani dan tak tunduk pada siapapun di masa awal jabatannya. 

Penguasaan bahasa asinya pun yang terlihat kurang karena ia senantiasa menggunakan bahasa turki pada setiap pertemuan internasional. Kembali lagi dengan niatnya yang ingin memperkenalkan bahasa turki pada dunia. Kebiasaannya yang glamour membuat sebagian rakyat berkomentar bahwa masih ada rakyat miskin yang membutuhkan uang tersebut daripada untuk gaya hidup dirinya.                                                                                                                               

Intinya semua tergantung dari mana prespektif kita memandang. Tak lepas pula masing-masing orang punya rahasia dan niatan tersendiri dalam melakukan suatu hal. Berdasarkan fakta, masih lebih banyak orang yang menyukainya dibanding orang yang membencinya. Erdogan, Sang Singa Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun