Mohon tunggu...
mohamadyusufalfajri
mohamadyusufalfajri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

suka buat konten

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Baru di Negeri Orang Karya Mohamad Yusuf Alfajri - XI.10

21 November 2024   11:39 Diperbarui: 21 November 2024   11:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kamar sempit di pinggiran Jakarta, Aisyah menatap layar laptop yang sudah menyala sejak pagi. Lamaran kerja ke perusahaan-perusahaan di luar negeri terus ia kirimkan, berharap satu dari email itu mendapat balasan. Sejak lulus kuliah dua tahun lalu, ia bermimpi untuk bekerja di luar negeri, tidak hanya demi karier, tetapi juga untuk mencari tantangan baru.

Namun, perjalanan itu tidak pernah mudah. Bahasa Inggris Aisyah belum sempurna, dan ia harus mengumpulkan uang untuk mengurus dokumen seperti paspor dan visa. Ia mengandalkan penghasilan dari pekerjaan freelance untuk biaya kursus dan persiapan keberangkatan.

"Yah, coba aja lagi. Jangan menyerah," bisiknya pada diri sendiri sambil menekan tombol "send" untuk lamaran yang kesekian kalinya.

Dua minggu kemudian, sebuah email berjudul "Job Interview Invitation" muncul di inbox-nya. Perusahaan teknologi di Singapura tertarik dengan portofolionya. Aisyah hampir tak percaya. Ia menghabiskan malam itu belajar wawancara kerja dalam bahasa Inggris dari video di YouTube dan meminta seorang teman yang fasih untuk melatihnya.

Hari wawancara pun tiba. Dengan suara bergetar namun penuh keyakinan, Aisyah menjelaskan pengalamannya, motivasinya, dan mengapa ia ingin bergabung. Meski sempat gugup ketika ditanya hal teknis, ia berhasil menjawab dengan jujur dan menunjukkan semangatnya.

Seminggu kemudian, kabar baik itu datang. "We are pleased to offer you the position," tulis email tersebut. Tangis bahagia membasahi pipinya. Semua kerja keras, malam tanpa tidur, dan doa-doanya akhirnya terjawab.

Beberapa bulan kemudian, Aisyah berdiri di Bandara Changi dengan koper di tangan. Ia menatap hiruk-pikuk kota baru ini dengan semangat. Perjalanan ini baru permulaan, pikirnya. Meski jauh dari keluarga dan zona nyaman, ia siap menghadapi tantangan baru dengan tekad yang lebih besar.

Pesan moral: Ketekunan, doa, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman akan membuka pintu-pintu baru dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun