Dari sisi beban yang dibawa pun, Nanggala termasuk belum berkategori overload. Saat kejadian Nanggala membawa tiga biji torpedo dari 8 biji yang harusnya dibawa, di mana masing-masing torpedo beratnya mencapai 2 ton, maka Nanggala jelas sudah mengurangi beban muatan sebanyak 5 x 2 ton = 10 ton (bandingkan dengan berat badan manusia).
Faktor lain yang penting diketahui adalah bahwa tidak mungkin TNI/ TNI AL akan melakukan tindakan yang di luar ketentuan terkait daya muat kapal selamnya yang berakibat fatal dan membahayakan prajuritnya.
TNI AL dipastikan sangat memperhitungkan kelaiklautan seluruh alutsista kapal perangnya sebelum dioperasikan, diantaranya memperhitungkan kondisi kapal apakah memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan ABK serta manajemen keselamatan dan keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu dan sebagainya.
Isu lain terkait jumlah tempat tidur KRI Nanggala yang hanya tersedia 33 tempat tidur. Ini juga sudah dijawab oleh TNI AL bahwa jumlah itu bukan mewakili jumlah muatan ABK. Selama beroperasi, sesua tradisi TNI AL, jumlah personel yang ada di kapal akan terbagi dalam tiga shift jaga (3 Divisi Jaga) dimana sepertiga kekuatan aktif bertugas, sepertiga cadangan/siaga dan sepertiga istirahat.
Dari referensi dan fakta di lapangan, sebuah kapal selam bisa dikatakan overload apabila daya muat sudah menyalahi ketentuan tentang ambang batas maksimum yang disetujui.
Kejadian yang menimpa kapal selam K-152 Nerpa, bisa dijadikan bahan pembanding. Â Pada tanggal 9 Oktober 2008, kapal selam bertenaga nuklir milik Negeri Beruang Merah ini mengalami kecelakaan yang menewaskan 20 orang dan puluhan lainnya luka-luka
Dilansir dari jpnn.com (11/11/2018), penyebab terjadinya insiden kapal selam K-152 Nerpa Rusia, semula diduga karena sistem kebakaran yang tak berfungsi. Tapi, menurut para ahli dan veteran, human error atau kelalaian manusia dan muatan melebihi kapasitas alias overload yang jadi penyebab utama. Ternyata kapal selam K-152 Nerpa mengangkut 208 penumpang ketika celaka saat di uji coba di Laut Jepang, jumlah ini tiga kali lipat atau 300% dari kriteria batas muatan, yakni 73 penumpang. (lihat ulasan bang jangkau lainnya di https://www.jangkauan.com/category/bang-jangkau/).
(Salam Bang Jangkau/ M. Syafrudin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H