Mohon tunggu...
Mohamad Syafrudin
Mohamad Syafrudin Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya sekedar berbagi cerita ..........

Maaf dari dulu masih belajar bikin tulisan.......

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bang Jangkau: Betulkah Nanggala Overload?

29 April 2021   12:06 Diperbarui: 29 April 2021   12:09 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi beban yang dibawa pun, Nanggala termasuk belum berkategori overload. Saat kejadian Nanggala membawa tiga biji torpedo dari 8 biji yang harusnya dibawa, di mana masing-masing torpedo beratnya mencapai 2 ton, maka Nanggala jelas sudah mengurangi beban muatan sebanyak 5 x 2 ton = 10 ton (bandingkan dengan berat badan manusia).

Faktor lain yang penting diketahui adalah bahwa tidak mungkin TNI/ TNI AL akan melakukan tindakan yang di luar ketentuan terkait daya muat kapal selamnya yang berakibat fatal dan membahayakan prajuritnya.

TNI AL dipastikan sangat memperhitungkan kelaiklautan seluruh alutsista kapal perangnya sebelum dioperasikan, diantaranya memperhitungkan kondisi kapal apakah memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan ABK serta manajemen keselamatan dan keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu dan sebagainya.

Isu lain terkait jumlah tempat tidur KRI Nanggala yang hanya tersedia 33 tempat tidur. Ini juga sudah dijawab oleh TNI AL bahwa jumlah itu bukan mewakili jumlah muatan ABK. Selama beroperasi, sesua tradisi TNI AL, jumlah personel yang ada di kapal akan terbagi dalam tiga shift jaga (3 Divisi Jaga) dimana sepertiga kekuatan aktif bertugas, sepertiga cadangan/siaga dan sepertiga istirahat.

Dari referensi dan fakta di lapangan, sebuah kapal selam bisa dikatakan overload apabila daya muat sudah menyalahi ketentuan tentang ambang batas maksimum yang disetujui.

Kejadian yang menimpa kapal selam K-152 Nerpa, bisa dijadikan bahan pembanding.  Pada tanggal 9 Oktober 2008, kapal selam bertenaga nuklir milik Negeri Beruang Merah ini mengalami kecelakaan yang menewaskan 20 orang dan puluhan lainnya luka-luka

Dilansir dari jpnn.com (11/11/2018), penyebab terjadinya insiden kapal selam K-152 Nerpa Rusia, semula diduga karena sistem kebakaran yang tak berfungsi. Tapi, menurut para ahli dan veteran, human error atau kelalaian manusia dan muatan melebihi kapasitas alias overload yang jadi penyebab utama. Ternyata kapal selam K-152 Nerpa mengangkut 208 penumpang ketika celaka saat di uji coba di Laut Jepang, jumlah ini tiga kali lipat atau 300% dari kriteria batas muatan, yakni 73 penumpang. (lihat ulasan bang jangkau lainnya di https://www.jangkauan.com/category/bang-jangkau/).

(Salam Bang Jangkau/ M. Syafrudin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun