Apakah yang harus dilakukan Bank BCA dalam menghadapi revolusi digital ini? Berapa banyak Produk yang harus ditawarkan dan berapa banyak Gedung Kantor Cabang yang harus dimiliki bank tersebut?
Jumlah Nasabah Bank BCA yang bertransaksi di kantor cabang kini tinggal 1,8% karena sebagian besar malah memilik bertransaksi menggunakan channel elektronik bank atau digital banking.Â
Perkembangan teknologi telah mengubah pola transaksi keuangan nasabah yang pada 2007 sebesar 71% nasabah bertransaksi melalui ATM dan 17% di cabang bank, maka kini hanya 23% nasabah bertransaksi di ATM serta 75% lainnya di mobile banking dan internet banking.
Meski jumlah nasabah yang bertransaksi di cabang terus berkurang dari sisi nilai transaksi di cabang masih mencapai 50%, berarti eksistensi cabang masih dibutuhkan terutama untuk menangani uang tunai, kliring, cek dan lain-lainnya.Â
Ke depan akan ada revolusi dalam transaksi yang dipicu oleh teknologi terlihat dari kemunculan standarisasi QR Code Indonesia atau yang biasa disebut QRIS, bahkan akan terjadi paling drastis seperti di China di mana pengemis bisa datang bukan dengan topi tetapi dengan gadget.
Jika pola transaksi ritel beralih ke digital, dalam bisnis bank lain cabang masih dibutuhkan terutama pada bisnis korporasi, komersial hingga KPR.Â
Tapi kalau bisnis perbankan korporasi, komersial, UKM, konsumer loan KPR dan KKB masih tetap butuh konvensional hanya proses di bank akan sangat cepat serta dengan korporasi ada sistem layanan sendiri dan kalau bisa terkoneksi maka bank bisa layani dengan baik.
Kini BCA Digital lahir seutuhnya dalam dunia digital yang selalu ada tanpa jarak, semudah itu dan senyaman itu BCA Digital hadir buat nasabah.Â
BCA Digital hadir untuk para nasabah digital savvy yang menginginkan cara baru dalam urusan perbankan. Lewat platform yang akan terus dikembangkan sesuai kemajuan teknologi, BCA Digital akan selalu berusaha untuk bisa menjadi jawaban atas kebutuhan finansial nasabah.Â