Mohon tunggu...
mohamadraffiakbar
mohamadraffiakbar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

saya seseorang yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menurunnya Minat Baca di Kalangan SMA : Tantangan dan Solusi

22 Desember 2024   09:15 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:21 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang serba cepat ini, bagaimana kebiasaan membaca generasi muda? Sebuah penelitian terbaru dari mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengungkap potret menarik tentang minat baca siswa SMA Negeri 44 Jakarta Timur. Penelitian yang dilakukan pada 13 November 2024 ini, sebagai bagian dari tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Keterampilan Membaca Teknik (dibawah bimbingan Dr. Siti Ansoriyah, M.Pd), dilakukan oleh Mohamad Raffi Akbar, Febrian Rizky Islami, Muhammad Syamsul Ma'arif, Anatasya Ariandini, dan Brayna Cindilo, mengungkapkan lebih dari sekadar angka-angka. Ini adalah cerita tentang pilihan, kebiasaan, dan tantangan dalam menumbuhkan kecintaan membaca di tengah gempuran teknologi.

Minat baca, sebuah hasrat fundamental untuk membaca, semakin menurun di kalangan siswa SMA Indonesia. Meskipun para ahli seperti Siregar (2004) dan Darmono (2001) menekankan dorongan intrinsik di balik kecintaan membaca, menumbuhkan semangat ini pada generasi muda saat ini menjadi tantangan besar. Kurangnya motivasi diri, ditambah dengan dukungan yang kurang memadai dari guru dan orang tua, turut berkontribusi pada penurunan ini. Banyak pendidik lebih memprioritaskan mata pelajaran eksakta daripada literasi, mengabaikan peran penting membaca dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman.
Riset menunjukkan minat baca yang rendah di kalangan siswa SMA, diperparah oleh dukungan yang minim dari lingkungan keluarga dan sekolah. Orang tua seringkali lebih mementingkan mainan daripada buku, sementara guru belum cukup mendorong siswa untuk membaca. Kurangnya dukungan dari teman sebaya juga memperburuk masalah ini. Artikel ini membahas isu ini, menganalisis beberapa hal kunci: kebiasaan membaca siswa SMA, penyebab utama penurunan minat baca, pengaruh AI terhadap minat baca, dan pentingnya buku analog.

1. Pentingnya Membaca:
Membaca bukan sekadar memahami kata-kata; ini tentang memahami dan menyerap informasi, memperoleh pengetahuan, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Membaca menjadi kunci pertumbuhan intelektual dan perkembangan pribadi.
2. Memahami Penurunan Minat Baca:
Beberapa faktor menyebabkan penurunan minat baca di kalangan siswa SMA. Kurangnya dukungan dari orang tua dan guru, serta kurangnya dukungan dari teman sebaya, menciptakan lingkungan yang kurang kondusif bagi kegiatan membaca. Kehadiran hiburan digital juga mengalihkan perhatian siswa dari kenikmatan membaca.
3. Pengaruh AI terhadap Minat Baca:
Teknologi memberikan akses ke informasi yang luas, namun penggunaan AI yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan penurunan kemampuan berpikir kritis. Hal ini berpotensi menurunkan tingkat literasi dan apresiasi terhadap membaca. Namun, membaca tetap sangat penting, memberikan pengetahuan mendalam dan mendukung perkembangan intelektual dan emosional. Keunggulan buku di era AI antara lain: pengetahuan yang lebih mendalam, peningkatan konsentrasi, dan kepuasan emosional.
4. Nilai Buku Analog yang Tak Lekang Waktu:
Meskipun media digital berkembang pesat, buku fisik menawarkan keunggulan unik. Pengalaman sensorik, fokus yang lebih baik, dan pengurangan kelelahan mata saat membaca buku fisik seringkali diabaikan. Survei terhadap siswa SMAN 44 Jakarta Timur, yang dilakukan oleh mahasiswa UNJ pada 13 November 2024, menunjukkan hal ini. Survei tersebut mengungkapkan bahwa meskipun banyak siswa menikmati menonton film dan televisi, sebagian kecil secara aktif terlibat dalam membaca. Meskipun banyak siswa memberikan nilai tinggi pada membaca, perilaku mereka seringkali bertentangan dengan preferensi tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan antara pernyataan dan tindakan. Survei juga menunjukkan bahwa meskipun banyak siswa memiliki akses ke bahan bacaan, metode yang mereka sukai adalah digital, menunjukkan perlunya strategi untuk mempromosikan nilai buku fisik. Survei juga mengungkapkan preferensi terhadap genre thriller dan horor, yang sering diakses melalui e-book dan platform online.

Hasil Penelitian: Potret Minat Baca Generasi Z
Penelitian ini melibatkan 33 siswa SMA Negeri 44 Jakarta Timur. Hasilnya mengejutkan:


Lebih Suka Menonton: Mayoritas siswa lebih memilih menonton televisi, film, atau streaming online daripada membaca. Hanya segelintir yang menyatakan minat membaca sebagai kegiatan favorit mereka.
Nilai Tinggi, Perilaku Berbeda: Paradoks muncul: banyak siswa memberikan nilai tinggi untuk membaca, namun kenyataannya lebih memilih menonton.


Ruang Baca: Tempat yang Jarang Dikunjungi: Sekitar 75% siswa pernah mengunjungi ruang baca di sekolah, namun masih ada 25% yang belum pernah atau tidak tertarik.


Membaca, Tapi...: Sebagian besar siswa mengaku telah membaca buku, dengan jumlah bervariasi (1-10 buku, bahkan lebih). Namun, waktu membaca sangat singkat, antara 15 menit hingga lebih dari 4 jam, tergantung minat dan keseruan cerita.


Digital Lebih Diminati: Mayoritas siswa lebih suka membaca secara digital, menunjukkan ketergantungan pada gawai.


Genre Favorit: Thriller dan horor menjadi genre favorit, sering diakses melalui e-book atau platform online. Genre lain seperti roman-action dan sci-fi juga populer.

Kesimpulan: Tantangan dan PeluangPenelitian ini menggarisbaKesimpulan: Tantangan dan PeluangPenelitian ini menggarisbawahi tantangan dalam menumbuhkan minat baca di era digital. Meskipun buku digital memudahkan akses, pengalaman membaca buku fisik memiliki nilai tersendiri. Hasil penelitian ini menjadi catatan penting bagi para penulis dan penerbit untuk mempertimbangkan strategi pemasaran yang tepat, mungkin dengan mengurangi ketersediaan versi e-book sementara untuk mendorong minat membaca buku fisik. Membangkitkan kembali kecintaan membaca membutuhkan upaya bersama, dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.

Membangkitkan kembali kecintaan membaca di kalangan siswa SMA membutuhkan pendekatan multi-faceted. Ini termasuk mendorong membaca di rumah, mengintegrasikan kegiatan membaca yang menarik ke dalam kurikulum, dan mempromosikan manfaat unik buku fisik di dunia digital. Dengan menumbuhkan budaya yang menghargai membaca, kita dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan untuk sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun