Mohon tunggu...
Mohamad Irfan
Mohamad Irfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Islam

Mahasiswa S2 Studi Islam Pascasarjana UIN SATU Tulungagung. Strata satu (2019-2023) mengambil prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di kampus yang sama. Tertarik pada kajian-kajian Islam seperti sejarah, pemikiran, dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Syekh Al-Zarnuji dan Filsafat

22 Januari 2024   07:22 Diperbarui: 22 Januari 2024   15:27 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini Al-Zarnuji mengatakan bahwa ilmu yang wajib dipelajari terlebih dahulu adalah ilmu Tauhid dengan tujuan agar bisa mengetahui sifat-sifat Allah SWT sekaligus dalil-dalilnya. Hal ini penting karena menurut Al-Zarnuji imannya seseorang yang taqlid meskipun sah, tetapi dalam pandangan Al-Zarnuji adalah dosa. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak cukup seseorang (santri) hanya mengetahui sifat-sifat Allah tanpa mengetahui dalil-dalilnya.

Sepertinya jika menyebutkan Al-Zarnuji sebagai ulama yang anti terhadap filsafat agak terlalu berat. Pasalnya, dalam bukunya tersebut banyak ungkapan-ungkapan yang mengandung makna filsofis. Pemikiran filsafatnya sepertinya dipengaruhi Al-Ghazali.

Salah satu hal penting lainnya dalam membahas tentang pandangan Al-Zarnuji terhadap filsafat yakni mencari informasi bagaimana kondisi sosio-intelektual dari Syekh Zarnuji sehingga ia anti terhadap filsafat. Beberapa sumber mengatakan bahwa Syekh Zarnuji hidup di akhir abad ke-12 atau awal abad ke 13 M.

Pada masa tersebut Dinasti Abbasiyah yang telah mengalami puncak kejayaan kemudian sejak abad ke-8 mulai mengalami krisis salah satunya akibat dari serangan militer yang dilakukan oleh berbagai bangsa asing ke jantung wilayah Dinasti Abbasiyah, yakni Baghdad. Selama berabad-abad, kota Baghdad dengan ikon utamanya yaitu Baitul Hikmah menjadi pusat pengembangan pengetahuan ilmiah yang salah satunya adalah filsafat. Bahkan, maju atau tidaknya suatu peradaban tolok ukurnya adalah filsafat.

Problem yang tidak bisa terlepas dari filsafat sehingga menimbulkan apresiasi bahkan penolakan adalah karena filsafat kebanyakan bersumber dari kultur-intelektual non-Muslim yang dalam hal ini adalah pemikiran filsafat Yunani kuno.

Terlepas dari kejayaan dan popularitas kota Baghdad, kota yang menjadi bagian penting pada abad kejayaan Islam (golden age) adalah Bukhara dan Samarkan (sekarang bagian dari Uzbekistan). Berbeda dengan Baghdad yang mengakomodir pengembangan semua disiplin ilmu, di dua kota ini fokus pada kajian ilmu eksoteris (syari'at) seperti hadis, fikih, dan ilmu kalam serta ilmu esoteris yakni tasawuf.

Dalam bidang hadis kita mengenal tokoh seperti Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi. Kemudian dalam bidang fiqih dan tafsir kita menemukan tokoh Abu Laits As-Samarqandy dan dalam bidang ilmu kalam adalah Abu Mansur al-Maturidi yang merupakan tokoh penting dalam Sunni selain imam al-Asy'ari. Sedangkan dalam bidang tasawuf adalah Bahauddin al-Naqsabandi yang merupakan pendiri dari tarekat al-Naqsabandiyah.

Terdapat tokoh lain selain di atas yakni Ibnu Sina yang terkenal dengan kepakarannya dalam bidang kedokteran. Tidak heran jika Al-Zarnuji merekomendasikan pelajar/santri untuk mempelajari kedokteran tentunya sebagai usaha dalam penyembuhan bukan untuk tujuan lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa alasan mengapa Al-Zarnuji anti terhadap filsafat di samping sasaran dari buku tersebut yang diperuntukan untuk penuntut ilmu pemula yang ditekankan untuk mempelajari ilmu agama terlebih dahulu, alasan lainnya adalah latar belakang sosio-intelektual Al-Zarnuji sendiri yang berfokus pada kajian-kajian yang berkaitan dengan ilmu eksoteris (syari'at).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun