Mohon tunggu...
Mohamad Irfan
Mohamad Irfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Islam

Mahasiswa S2 Studi Islam Pascasarjana UIN SATU Tulungagung. Strata satu (2019-2023) mengambil prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di kampus yang sama. Tertarik pada kajian-kajian Islam seperti sejarah, pemikiran, dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Uneg-Uneg Kuliah S2

16 Desember 2023   11:59 Diperbarui: 16 Desember 2023   12:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Dokumen Pribadi

Kilas Balik

Jika ada yang bertanya kepada saya, "mengapa memutuskan melanjutkan studi S2?" saya akan jawab dengan tegas, "karena tidak puas dengan perkuliahan di S1!". Rasa tidak puas yang saya rasakan barangkali dirasakan juga oleh para mahasiswa angkatan tahun 2019.

Ketidakpuasan itu muncul karena sistem perkuliahan yang sama sekali tidak efektif akibat wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia pada tahun 2019 akhir. Bencana global tersebut terpaksa mengubah kebiasaan masyarakat termasuk aktivitas perkuliahan. Aktivitas perkuliahan di semester dua sangat berbeda dengan semester satu yang sepenuhnya normal.

Pengalaman ini sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ekspektasi yang saya miliki seperti diskusi, adu argumen, dan lain-lain yang terjadi di dalam kelas hanya terwujud dalam satu semester saja. Peningkatan korban Covid-19 yang signifikan memaksa aktivitas perkuliahan yang awalnya normal di kelas diganti dengan sistem kuliah daring, butuh waktu untuk menerapkan kebiasaan baru tersebut.

Meskipun merasakan keadaan yang tidak mengenakan tersebut, dengan rasa syukur saya bisa menyelesaikan kuliah strata satu tepat waktu. Bersyukur adalah wajib, sedangkan bangga adalah haram. Kira-kira seperti itu ungkapan yang dilontarkan oleh Prof. Arif Maftuhin ketika menjadi pemateri dalam acara Yudisium ke 35 Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah UIN SATU Tulungagung (26/7).

Rasa bangga diharamkan karena memang dalam faktanya tidak ada yang perlu dibanggakan. Contoh dari segi keilmuan, tidak ada yang istimewa, masih mentah. Contoh lainnya misalnya bangga karena telah lulus S1 padahal jumlah lulusan S1 sangat banyak bahkan data yang dihimpun dari Litbang Kompas mengatakan bahwa jumlah pengangguran dikalangan terdidik mencangkup lulusan S1, S2, dan S3 mengalami peningkatan sampai dengan 5,18% pada bulan Agustus kemarin. Lantas apa yang dibanggakan?.

Kuliah S2

Bagi saya obat untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut adalah dengan melanjutkan studi S2. Tidak hanya itu, dengan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi harapan saya adalah mendapatkan ilmu yang lebih dalam lagi dan menemukan pembahasan-pembahasan yang menarik tentunya dengan proses perkuliahan yang normal. Itu yang mendasari keputusan saya untuk melanjutkan S2.

Tidak hanya saya, teman-teman pun khususnya mereka angkatan 2019 ketika S1, mengatakan bahwa dibanding dengan ketika kuliah di S1, di S2 mereka merasakan perkuliahan yang sebenarnya. Hanya saja ada sebuah kebiasaan yang merupakan produk pandemi Covid-19 yang sulit dihilangkan, yakni kuliah daring.

Tetapi hal tersebut masih dimaklumi karena tidak separah beberapa tahun lalu. Meskipun begitu, saya dan teman-teman terkadang merasa geram ketika terdapat dosen yang menginginkan kuliah daring.

Uneg-uneg lain yang saya dapatkan selain di atas ketika kuliah S2 yaitu mata kuliah atau pembahasan yang mengalami pengulangan (repetisi), serupa dengan ketika di S1. Bagi mahasiswa seperti saya yang mengambil prodi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir di S1 tidak asing dengan mata kuliah seperti Studi al-Qur`an dan Hadits, Filsafat dan Kalam, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam, dan Tasawuf & Psikologi. Tema-tema dalam mata kuliah tersebut merupakan makanan sehari-hari bagi kami.

Menurut saya itu merupakan sesuatu yang wajar karena program studi yang saya pilih di S2 ini adalah Studi Islam yang di dalamnya berisi lulusan dari berbagai program studi. Oleh karena itu, perlu pemerataan dalam hal pemahaman terhadap dasar-dasar Islam dengan kokoh dan holistik.

Selain itu, pengulangan pembahasan di semester awal ini membuka kesempatan kembali khususnya saya untuk melakukan pembacaan ulang terhadap pembahasan-pembahasan yang ada di beberapa mata kuliah tersebut secara lebih mendalam.

Selain beberapa mata kuliah tersebut, ada mata kuliah yang memang bagi saya adalah baru seperti  Hermeneutika Sosial dan Metodologi Studi Islam. Di mata kuliah Hermeneutika Sosial yang diampu oleh Prof. Ahmad Rizqon Khamami dikenalkan dengan berbagai teori-teori dan tokoh-tokoh besar sosiologi seperti Karl Mark dan Max Weber khususnya tentang teori tindakan masyarakat.

Jadi, hermeneutika dalam hal ini bukan tentang aktivitas interpretasi terhadap teks, tetapi dalam ruang yang lebih luas, yakni masyarakat.

Menurut Prof. Rizqon, tujuan mempelajari teori sosial adalah agar dapat memahami kondisi masyarakat. Oleh karena itu, perlu pemahaman terhadap teori sosial karena pola gerakan yang terjadi di masyarakat dapat dipelajari lewat teori-teori tersebut.

Sedangkan mata kuliah Metodologi Studi Islam yang diampu oleh Prof. Ngainun Naim, di pertemuan awal membahas tentang metode, pendekatan, objek, teknik, dan teori dalam penelitian khususnya dalam ruang lingkup studi Islam. Dalam pembahasan tentang pendekatan penelitian kami  diperkenalkan dengan pelbagai pendekatan dalam Studi Islam, seperti multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner.

Pada pertemuan-pertemuan berikutnya Prof. Naim memberikan tugas kepada mahasiswa untuk melakukan review terhadap buku atau karya ilmiah lain misalnya tesis atau disertasi yang berkaitan dengan penelitian seputar studi Islam.

Dua mata kuliah tersebut menunjukkan karakteristik dari Prodi Studi Islam ini. Karakteristik yang dimiliki Studi Islam ini antara lain menekankan pada kontekstualisasi keilmuan terhadap fenomena aktual dan memadukan dengan disiplin ilmu lain. Tidak heran jika tugas-tugas yang diterima oleh mahasiswa diharuskan dihubungkan dengan kondisi atau fenomena sosial yang terjadi belakangan.

Kemudian, untuk tugas akhir (tesis) sangat dianjurkan untuk menggunakan penelitian lapangan. Ini benar-benar tantangan untuk saya yang terbiasa melakukan penelitian kajian pustaka (library research). Maklum, dalam hal metode penelitian di S1 dulu hanya diajarkan penelitian tafsir seperti maudhu'I, muqaran, ijmali, dan tahlili.

Memilih Studi Islam adalah tantangan bagi saya. Sangat berbeda  dengan saat S1 yang fokus pada kajian terhadap al-Qur'an dan Tafsir. Metode penelitian  yang digunakan pun berbeda sehingga menuntut saya untuk mempelajari metode-metode penelitian tersebut, dalam hal ini saya mengalami ketertinggalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun