Mohon tunggu...
Mohamad Irfan
Mohamad Irfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Islam

Mahasiswa S2 Studi Islam Pascasarjana UIN SATU Tulungagung. Strata satu (2019-2023) mengambil prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di kampus yang sama. Tertarik pada kajian-kajian Islam seperti sejarah, pemikiran, dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibnu Rusyd dan Kebangkitan Dunia Barat (Bagian 1)

20 November 2023   15:58 Diperbarui: 20 November 2023   16:00 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibnu Rusyd (sumber: dokumen pribadi)

Sebaliknya dunia Barat lebih mengapresiasi pemikiran dan karya mereka khususnya Ibnu Rusyd. Sedangkan Ibnu Khaldun tidak mendapatkan apresiasi dan posisi terbaik karena disiplin ilmu yang menjadi fokus Ibnu Khaldun seperti sejarah dan sosiologi belum populer di dunia Islam.

Perang intelektual juga menjadi penyebab, Ibnu Rusyd dalam Tahafut al-Tahafut melakukan serangan balik kepada al-Ghazali yang sebelumnya lebih dulu melancarkan serangan kepada beberapa filsuf seperti Ibnu Sina (980-1037) dan Al-Farabi (872-951) dalam Tahafut Al-Falasifah khususnya dalam pembahasan teologi atau kalam.

Selain itu Ibnu Rusyd juga melakukan kritik terhadap Mu’tazilah dan Al-Asy’ariyah dalam kaitannya dengan pembahasan teologi. Padahal mazhab teologi al-Asy’ariyah memiliki pengikut yang sangat besar sehingga kritik yang dilakukan Ibnu Rusyd menimbulkan reaksi keras dari kalangan Asy’ariyah. Soal kedudukan akal dan wahyu Ibnu Rusyd memiliki perbedaan dengan Mu’tazilah dan Al-Asy’ariyah.

Mu’tazilah menganggap bahwa akal mampu menemukan kebenaran yang dalam hal ini menurut Mu’tazilah akal lebih tinggi kedudukannya ketimbang wahyu. Sedangkan Asy’ariyah berpendapat bahwa wahyu adalah sumber kebenaran tetapi akal tetap digunakan sebagai pertimbangan. Sedangkan Ibnu Rusyd melakukan integrasi antara akal dan wahyu sehingga sampai pada kesimpulan bahwa kebenaran menurut Ibnu Rusyd bisa didapatkan dari akal dan wahyu atau yang disebut dengan kebenaran ganda (Double Truth).

Gagasan tentang kebenaran ganda khususnya di Timur (Islam) kurang cocok karena mereka menganggap wahyu lebih tinggi. Ibnu Rusyd mengatakan jika terjadi pertentangan antara akal dan wahyu maka hal tersebut akibat dari kesalahan akal dalam memahami wahyu. Yang artinya jika akal difungsikan dengan benar tidak mungkin bertentangan dengan wahyu. Bagi Ibnu Rusyd filsafat adalah anak kandung dari agama sendiri. 

Menurut Ibnu Rusyd akal dan wahyu bukanlah sesuatu yang bertentangan, keduanya harus dihormati dan dijunjung tinggi. Tanpa akal ayat-ayat Qur'an (wahyu) tidak dapat dipahami dan tidak memiliki makna. oleh karena itu, akal dan wahyu harus diharmonisasikan.

Atas pemikiran filsafat yang dibawakan olehnya, Ibnu Rusyd dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa kali pengasingan yang dilakukan oleh pemerintah atas dasar bahwa ajaran yang dibawa oleh Ibnu Rusyd bertentangan dengan ajaran Islam. Dia pernah diasingkan ke Lucena kemudian kembali diasingkan ke Maroko hingga masa akhir hidupnya. Tidak hanya itu, karya-karya Ibnu Rusyd juga dibakar dan haram untuk dipelajari.

Pada bagian selanjutnya saya akan memaparkan lebih lanjut mengapa pemikiran dan karya Ibnu Rusyd ditolak di dunia Islam, kondisi Barat pada era kejayaan Islam, bagaimana perjumpaan awal Barat dengan peradaban Islam, mengapa Barat tertarik pada Ibnu Rusyd, dan mengapa Barat mulai meninggalkan Ibnu Rusyd pada akhir abad ke-17.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun