Mohon tunggu...
Mohamad Irfan
Mohamad Irfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Islam

Mahasiswa S2 Studi Islam Pascasarjana UIN SATU Tulungagung. Strata satu (2019-2023) mengambil prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di kampus yang sama. Tertarik pada kajian-kajian Islam seperti sejarah, pemikiran, dan peradaban Islam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis dan Tantangannya

12 November 2023   12:25 Diperbarui: 15 November 2023   02:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis. (sumber: dokumen pribadi)

Menulis tanpa ide adalah kemustahilan, mempunyai ide tapi tidak ditulis adalah sia-sia.

Saat ini media untuk menyebarkan tulisan agar dibaca oleh masyarakat umum sangat banyak, misalnya dengan hadirnya internet di seluruh penjuru Indonesia menjadi sarana untuk menyebarkan gagasan, opini, dan lain sebagainya. Berbeda dengan jaman dulu yang jika ingin tulisan tersebar harus bersusah payah mengirimkan tulisan ke koran yang belum tentu diterima dan dimuat.

Berbeda dengan era sekarang dengan hadirnya internet  memunculkan bermacam media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi atau gagasan pribadi secara bebas. Namun, di Facebook misalnya tidak semua orang menyukai tulisan-tulisan yang terkesan serius dan berat. Maka untuk mengatasi problematika tersebut biasanya para penulis membuat blog pribadi.

Motif mereka dalam membuat blog pribadi bermacam-macam, seperti mencari pendapatan, mencari pembaca, atau hanya untuk sekadar bersenang-senang semata. Selain media-media sosial tersebut ada juga platform yang populer digunakan oleh bermacam kalangan khususnya bagi mereka yang memiliki hobi menulis yaitu Kompasiana. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang paling cocok untuk saya untuk belajar menulis dan menyebarkan tulisan-tulisan saya ketimbang menyebarkannya lewat media sosial.

Dulu saya pernah di bully karena lumayan sering membuat status Facebook yang berbau ilmiah. Maklum pada saat itu saya masih berstatus sebagai mahasiswa baru sehingga apa pun sesuatu yang unik dalam perkuliahan yang ditemui saya tulis dan disebarkan ke Facebook. Suatu hari seseorang bicara kepada saya, "kalo bikin status Facebook nggak usah yang serius-serius, tidak ada yang tertarik." Sejak mendengar omongan seperti itu seakan saya terdoktrin yang pada akhirnya saya jarang menulis status 'ilmiah' di Facebook.

Memang tulisan atau karya ilmiah di lingkungan masyarakat umum masih kurang diminati, alternatif untuk mengatasi permasalah tersebut adalah dengan menyederhanakan diksi-diksi dalam tulisan sehingga mudah dipahami atau disebut dengan karya ilmiah populer. Ini bertentangan dengan ungkapan yang pernah saya dengar bahwa semakin sulit tulisan dipahami maka semakin ilmiah.

Di sisi lain kemampuan menulis tidak bisa muncul begitu saja. Butuh waktu dan latihan secara konsisten. Selain itu menulis juga butuh yang namanya ide, saya teringat sebuah judul tulisan yang ditulis oleh Prof. Ngainun Na'im di Kompasiana: "Ide Itu Dicari Bukan Dinanti".

Dalam tulisan tersebut Prof. Na'im memaparkan bahwa menulis bagi sebagian orang adalah hal yang mudah tetapi ada juga yang mengatakan bahwa hal itu adalah perkara sulit. Kesulitan yang dimaksud adalah susahnya mendapatkan ide. Mengapa susah? Karena yang dia lakukan adalah bukan mencari ide tetapi menunggu kapan sebuah ide muncul atau sekadar lewat dalam pikiran. Aktivitas tersebut hanya akan membuang-buang waktu.

Buku selain sumber informasi juga bisa sebagai sumber inspirasi yang dapat memancing sebuah ide muncul.

Prof. Na'im juga memberikan salah satu tips  dalam tulisan tersebut agar menulis menjadi mudah yaitu dengan membiasakan membaca buku dan mencatat hal-hal menarik dalam buku tersebut. Buku selain sumber informasi juga bisa sebagai sumber inspirasi yang dapat memancing sebuah ide muncul.

Menulis adalah cara agar informasi atau ilmu yang didapat tidak hilang atau paling tidak tulisan yang kita tulis memiliki fungsi sebagai pengingat.

Di perkuliahan, Prof. Na'im sering mengingatkan kepada mahasiswanya untuk selalu membaca dan dilanjutkan dengan menulis meskipun dalam sehari hanya menghasilkan satu atau dua paragraf. Menurut Prof. Na'im antara membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan seperti dua sisi pada uang logam yang ketika satu sisinya tidak ada maka uang logam tersebut tidak mengandung nilai atau harga. Otak manusia memang luar biasa kemampuannya, namun di balik itu terdapat kelemahan yang tidak bisa dihindari yakni lupa. Oleh karena itu, menulis adalah cara agar informasi atau ilmu yang didapat tidak hilang atau paling tidak tulisan yang kita tulis memiliki fungsi sebagai pengingat.

Selain membaca buku, ide juga bisa didapatkan dari melakukan perjalanan atau jalan-jalan dan bertemu dengan orang (silaturahmi). Tidak jarang ketika kita melakukan perjalanan pasti menemukan hal-hal unik yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk menulis yang meskipun sebagian orang beranggapan bahwa hal tersebut tidak penting untuk ditulis atau berpikir dua kali untuk menuliskannya atau tidak.

Ide memang harus dicari, namun dalam beberapa keadaan ide bisa saja muncul begitu saja. Karena ide itu sesuatu yang berharga maka perlu dicatat. Menulis tanpa ide adalah kemustahilan, mempunyai ide tapi tidak ditulis adalah sia-sia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun