Sebelum menulis ini, saya sesungguhnya termangu sejenak; apa yang harus ditulis dari perayaan milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ke-59 kali ini? Ketermanguan saya, karena belum bisa memberi catatan besar, tepatnya berkenan dengan pengalaman dan ingatan akan harapan pada Milad Ke-59. Khususnya, pengalaman bersama satu tahun terakhir, bersama PC IMM Manado (Sulawesi Utara). Ketermanguan itu akan coba saya baluti dengan refleksi, pikiran-pikiran kecil, dan harapan akan cara kita "bergerak bersama". Senafas dengan tema besar Milad kali ini: "BERGERAK BERSAMA MEMBANGUN PERADABAN".
---
Selamat ulang tahun dan selamat membaca
Meski terhitung tidak muda lagi dalam usia, perjalanan IMM telah menapaki setiap denyut eksistensi kehidupan Bangsa, Muhammadiyah, dan Mahasiswa selama 59 tahun. Merupakan tugas bersama yang tak lagi mudah untuk merawatnya, bahkan sekedar untuk coba memahami pergeseran setapak demi setapak dinamika IMM itu sendiri. Apalagi terkait perubahan.
Dalam sejarah besar perubahan dunia, realitas kehidupan umat manusia--turut berubah dan berkembang bersamaan dengan keberadaan sekelompok orang yang melakoni perubahan-perubahan tersebut. Revolusi kerakyatan, reformasi, People Power, revolusi Industri dkk, tidak hadir dari ruang hampa sejarah, jika tanpa syarat perubahan: pikiran, sikap, problem sosial, dan hal-hal yang mengarah pada prinsip dan 'terma' nilai kebenaran, yang diperjuangkan secara kelompok.
Meski dalam kadar yang berbeda, namun sama dalam mengambil posisi kenyataan, untuk menyikapi perubahan-perubahan yang akan datang. Harusnya kita semua mau bertanya: Kenapa Djazman Al-Kindi dkk, bisa mengambil posisi tersebut, namun kita masih tertatih? Bahkan, sekedar untuk merefleksikan kenyataan IMM besok--sebagian bingung, malas-malasan, mulai berjarak dengan kenyataan hidup, tidak mau berpihak dst. Apakah hal begitu masih mungkin sebagai syarat perubahan?
Â
"Harusnya setelah dikader, mulai sadar akan perubahan-perubahan kecil itu," kata senior huhu.
Posisi perubahan-perubahan itu sejatinya hanyalah imbas dari patokan belajar dan belajar tentang apa itu perubahan. Entah belajar dari spirit perubahan para  founding thinker IMM, founding fathers, Bangsa, atau pada nilai dan spirit perubahan apa pun di manapun.
Dalam catatan ketermanguan kali ini, saya mungkin hanya akan berbicara kekecewaan-kekecewaan pada setiap langkah perubahan bersama yang diambil atau yang belum diambil setiap kader IMM. Utamanya kader IMM Manado (Sulawesi Utara). Terserah mau dibilang apa, yang pasti pikiran saya ini berangkat dari refleksi dan harapan yang masih sama seperti kalian. Tapi mungkin sedikit mau mempreteli refleksi dan harapan yang semu, apalagi minus akan syarat perubahan.
Apa yang Perlu Dipreteli?
Pertama, Kaderisasi Formal dan Informal tanpa perubahan
Meski bisa menjadi salah satu alasan, kenapa IMM terus ada. sebab jalanya proses kaderisasi formal dan informal hari ini menjadi penentu keberadaan IMM di masa yang akan datang. Namun hal itu tidaklah mengalir sedemikian fleksibel -- tanpa syarat dinamika dan kemandekan. Sebab, bagi penulis bahakan jalannya kaderisasi formal dasar, Darul Arqam Dasar (DAD), masih menjadi desain agenda rutinitas tanpa penopang kaderisasi informal yang konsisten. Padahal berbicara desain kaderisasi yang rapi dan ditopang oleh korps pengelolaan perkaderan tersendiri, IMM masih lebih unggul dari yang lain. Harusnya antara yang formal dan informal lebih mudah berubah bukan?
Problemnya: Pertama, Di antara kepemimpinan dan keinstrukturan--tidak pernah terpisah secara struktural, juga minim untuk saling mengkondisikan roda kaderisasi IMM. Baik saat perkaderan, atau pasca-perkaderan (follow up, kelas belajar, dsj). Kedua, minus keberlanjutan kaderisasi formal sebagai syarat bagi perkembangan epistemik dan pemetaan problem IMM (DAM), dan perumusan konsep serta pemetaan gerakan IMM (DAP). Yang harusnya kedua-duanya terus ditopang oleh adanya Pelatihan Instruktur Madya (PIM) dan Instruktur Paripurna (PIM). Pada akhirnya, kaderisasi tidak lebih dari sekedar rutinitas semu, berulang, tak berkelanjutan, dan tidak kompatibel dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, melalui organisasi IMM.
Kedua Minus Keberpihakan
Sebagai syarat keberadaan, harusnya di zaman yang serba dikondisikan oleh fundamentalisme pasar, kata Vedi Hadiz. Sederhananya, setelah segala sesuatu yang berurusan dengan ekonomi-politik; digeser dari sektor rill ke sektor informal. Dan didukung oleh agenda-agenda pembangunan para elite dan aliansi bisnis-politik (Oligark). Harusnya kita mulai sadar.
Dunia hari ini nyatanya semakin mengalami kesenjangan dan ketercerabutan sumber material penghidupan manusia. Lalu jangankan untuk bergerak bersama. Mengambil sikap, dan posisi keberpihakan--kebanyakan kader IMM masih harus dihitung dengan jari saat turun ke-basis penghidupan Rakyat. Proses-proses menjalin, membentuk, menjembatani, dan berjuang membela kebatilan.
Harusnya setiap pintu masuk zaman yang serba payah, ikut menjadi penentun seluruh kader IMM untuk mengambil posisi keberpihakan. Sebab, bukankah nilai-nilai keberpihakan tersebut--senafas dengan nilai-nilai dasar IMM (NDI) bukan? Artinya, seluruh kader IMM harus belajar mengambil posisi, dan terus-menerus berpihak -- di situlah tanggungjawab dan kewajiban setiap kader IMM tertunaikan.
Ketiga, Mentalitas Pemimpin dan Perkembangan Organisasi
Jauh-jauh membicarakan perubahan besar, jika perkembangan dan setiap langkah perubahan yang diambil masih harus dihiasi dengan terbentuknya kepemimpinan bermental bos, bukan bermental perubahan. Maksud saya begini, jangan marah dulu. Kita rindu tidak dengan setiap agenda IMM yang pelaksanaanya harus digaungkan pada hal apa pun? Bahkan langkah-langkah teknisnya harus dipikirkan. Jika tidak, bisa kena teguran hehe.
Pada hal-hal teknis sekalipun mereka masih mau memikirkan. Yang pasti saya masih rindu dengan tradisi yang mau menegur setiap langkah perubahan-perubahan kecil seperti itu.
Di sini bukan berarti saya sedang menempatkan beban sejarah para pendahulu kepada kita. Bukan, saya juga tidak sedang memuji para pendahulu tsb. Bahakan banyak yang bisa kita kritik dari mereka.
Terlebih di IMM sendiri -- kita tidak mengenal betul, cara-cara pengkultusan. Namun bukan berarti abai dan tutup mata juga. Sebab setiap gerak organisasi, adalah gerak para pendahulu. asal jangan ikutan bermental pendahulu. Apalagi seorang pemimpin, harusnya mau berdarah-darah bahkan pada hal-hal kecil: mengurus pengetahuan sampai ke akar rumput, ikut memobilisasi setiap denyut gerak IMM dst. Bukan sibuk, menunggu pesanan problem adik-adik. Bahkan sibuk menonton.
Keempat, Kemampuan Organisasi untuk Beradaptasi dengan Zaman
Ada pertanyaan besar setiap organisasi mahasiswa hari ini: Kenapa organisasi mahasiswa hari ini tidak lagi menarik?
Apa yang membuatnya tidak lagi demikian menarik? ada yang bilang begini "Organisasi Mahasiswa dulu primadona, sekarang mencari cara memikat". Artinya organisasi mahasiswa, sudah mulai tidak relevan dan tidak lagi penting. Atau mulai menuai tantangan yang tidak lagi muda.
Apa mungkin, karena sistem dunia (baca; kapitalisme), yang menuntun kita untuk punya banyak "kapital", punya banyak resource, punya banyak uang -- yang membuat cara berorganisasi mulai terasa malas-malasan dst?. Meski resource itu sendiri ada banyak, berupa; jabatan, reputasi, intelegensi dkk. Namun bukankah hampir semuanya, terarah pada resource kapital? tidak masalah. yang menjadi masalah adalah tantangan-tantangan tsb, tidak mau diseriusi oleh seluruh lapisan kader IMM. Artinya, mulai mendesain kebutuhan zaman dengan kebutuhan organisasi. Melek keterampilan teknologi harus, kemandirian ekonomi harus, dan sejenis kebutuhan perubahan zaman lainya. Yang kesemuanya terkoneksi dengan rangkain program yang kaya ide serta gagasan.
Kelima, Perkembangan Pusat Studi Unggulan di IMM.
Jika ada yang bertanya: Apa yang menjadi jaminan bahwa IMM masih akan ada dalam setiap proses perubahan kedepannya? Adalah kerja-kerja kebaruan keilmuan yang terus-menerus digagas. Artinya, kebutuhan pengetahuan seturut dengan kebutuhan perubahan nantinya.
Djazman English Scholarsip misalnya, yang merupakan program pelatihan bahasa inggris, dengan durasi 3 bulan yang digagas DPP IMM, yang berfokus pada TOEFL & IELTS Preparation. Semuanya diarahkan pada kader seluruh Indonesia yang mau melanjutkan study di kampus dalam dan luar negri.
Hampir tiga tahun sudah program ini berjalan. Konsisten dan berkelanjutan. Harusnya ini pelajaran bagi setiap lapisan kepimpinan. Untuk menggagas pusat study secara konsisten dan berkelanjutan. Punya mapping inventarisir akar masalah yang jelas, punya agenda program yang jelas, dan terpenting berkelanjutan serta konsisten. Yang nantinya punya efek besar pada perkembangan pengetahuan dan nalar akademis IMM.
Sebagai penutup refleksi dan harapan perubahan di IMM -- utamanya IMM Manado (Sulawesi Utara). Meski ini penilaian yang entah subjektif atau objektif. Saya sesungguhnya mau bilang begini: saya selalu bangga dengan kita semua yang mengharapkan perubahan besar, sembari melihat kedalam problem-problem perubahan.
Sekian: "Bergerak Bersama, Membangun Peradaban".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H