Minyak cengkeh Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh petani/pengrajin dengan menggunakan alat penyuling sederhana  dengan bahan konstruksi berasal dari drum bekas atau plat besi biasa (mild steel) dan alat pendingin dari pipa ledeng. Plat besi/pipa ledeng mudah berkarat karena terjadi oksidasi dari besi.
Karat ini merupakan sensitizer dan pengotor dari minyak sehingga warnya menjadi gelap. Dengan demikian mutu minyak yang dihasilkan tidak akan dapat bersaing di pasar dunia. Negara pengimpor minyak cengkeh biasanya melakukan proses pemurnian sendiri, sehingga nilai tambahnya diperoleh negara tersebut. Oleh karenanya Tim dari Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip, yakni Mohamad Endy Julianto, Fitria Arifina dan Malika Pintanada Kaladinanty  berupaya mengembangkan pemurnian minyak cengkeh.
Fitria Arifina biasa disapa Fitria menyampaikan bahwa minyak cengkeh banyak digunakan untuk memberi flavour seperti pada daging, sosis, makanan bakar, makanan ringan, permen dan sebagainya. Dalam dunia kedokteran dan farmasi, eugenol yang diekstrak dari minyak cengkeh banyak digunakan untuk obat bius lokal, obat pencuci mulut, obat sakit gigi dan pasta gigi.
Sementara itu Malika mengungkapkan bahwa pemisahan kandungan eugenol dari terpen yang dilakukan oleh Industri-industri di Indonesia adalah dengan mengekstrak minyak daun cengkeh menggunakan pelarut basa seperti NaOH, kemudian dilanjutkan proses pengasaman dengan larutan HCl. Pada proses konvensional ini, eugenol akan menjadi natrium eugenolat (EuONa) yang larut dalam air.
Akan tetapi permasalahan yang terjadi, karena konsentrasi natrium eugenolat dalam air akan dibatasi oleh kesetimbangan. Sehingga  perolehan relatif masih rendah. Untuk itu perlu diupayakan menggeser kesetimbangan ke arah natrium eugenolat, jelas  Malika.
Endy menambahkan bahwa salah satu upaya untuk menggeser kesetimbangan ke arah natrium eugenolat dapat dilakukan melalui ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan. Diharapkan informasi teknologi ini nantinya dapat dikembangkan dan di scale-up oleh masyarakat produsen minyak cengkeh maupun industri eugenol, yang saat ini masih menggunakan metode konvensional.
Sehingga  dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani/kelompok tani, serta membuka kesempatan kerja dan peluang usaha agribisnis minyak cengkeh terpadu. Dengan demikian, dapat mendorong tumbuhnya industri bahan kimia mahal berbasis pertanian rakyat sehingga akan memperkuat sektor pertanian dan ekonomi rakyat, pungkas Endy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H