Buah dan sayuran merupakan produk pertanian yang bersifat perishable atau mudah rusak dan busuk. Kerusakan tersebut dapat terjadi akibat proses perlakuan pasca panen dan selama proses transport. Lebih lanjut, proses pembusukan buah dan sayuran dapat menghasilkan mikroorganisme pathogen yang berpotensi menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan manusia.
Mohamad Endy Julianto yang merupakan Dosen Prodi TRKI Vokasi Undip biasa disapa Endy menyampaikan bahwa selama ini, proses pengawetan buah sayuran bertumpu pada penggunaan fungisida kimia sintetik dan penyimpanan bersuhu rendah. Bahan kimia sintetik dapat berakhir pada manusia sebagai ujung dari rantai makanan. Sementara pengawet pangan sintetik dinyatakan bertanggungjawab terhadap kasus reaksi alergi pada individu2 yang sensitive. Oleh karena kajian dan pencarian terhadap penemuan senyawa antimicrobial alami semakin meningkat. Demikian pula kebutuhan akan sennyawa tersebut.
Peningkatan permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas produk buah dan sayuran telah mendoorong dikembangkan teknologi yang tidak memakai bahan kimia sintetis dan pengembangan beberapa proses fisik seperti ultraviolet, radiasi ion, metode control biologis, kemasan aktif /active packaging, dan modified atmoshphere packing (MAP), papar Endy.
Endy mengatakan bahwa diantara metode-metode tersebut, active packaging dinyatakan memiliki berbagai keunggulan. Active packaging didefinisikan sebagai system pintar yang melibatkan interaksi antara kemasan atau komponen kemasan dengan produk pangan atau atmosfer gas internal. Sistem tersebut memiliki potensi memenuhi keinginan konsumen akan produk yang aman, fresh dan berkualitas tinggi.
Beberapa sistem active packaging yang penting dan saat ini dikenal diantaranya termasuk oxygen scavenger (penghambat oksigen), carbon dioxide emitter (penghilang karbondioksida), moisture absorber (penyerap uap air), ethylene absorber/inhibitor (penghambat/penyerap ethylene), ethanol emitter (penghilang etanol), flavor releasing system dan lapisan yang mengandung antimicrobial. Diantara system-sistem tersebut, penghambat/penyerap etilen merupakan system yang banyak mendapat perhatian, ujar Endy.
Etilene bereaksi sebagai hormon pada tanaman yang memiliki efek psikologis terhadap buah dan sayuran. Etilene dapat mempercepat proses respirasi, yang akan memperceapt proses pematangan dan pelayuan buah dan sayuran. Akumulasi etilen juga menyebabkan perubahan warna sayuran menjadi kekuningan. Oleh karena itu, penghilangan atau penghambatan gas etilen pada kemasan merupakan metode yang efektif untuk mengawetkan buah dan sayuran, ungkap Endy.
Salah satu metode penghambatan etilene yang efektif adalah penggunaan 1 methyolcyclopropene (1-MCP). Etilen berwujud gas pada suhu kamar. Gas tersebut terus menarik perhatian peneliti karena efektif, aman bagi lingkungan, tidak beracun dan dapat menghambat etilene dengan kosentrasi yang rendah, timpal Endy.
Endy menambahkan bahwa salah satu metode penggunaan 1-MCP untuk mengawetkan buah adalah dengna memasukkan kompleks berisi 1-MCP kedalam kertas. Mekanisme kerjanya adalah saat menggunakan kertas yang berisi 1-MCP yang terenkapsulasi, selama proses transportasi dan proses penjualan, 1-MCP akan secara perlahan lahan dilepaskan selama proses adsorpsi air yang berasal dari proses respirasi buah dan/atau udara disekeliling. Proses pelepasan 1-MCP akan berkompetisi dengan etilene dalam menangkap situs reseptor, sehingga menghambat pembentukan komplek reseptor etilen.
Â
Pertama etilen akan mengikat acceptor etilene dan membentuk kompleks etilene-aceptor. Kompleks tersebut akan mendorong  terjadinya proses biologi pada enzim-enzim  yang ada pada buah dan sayur seperti pectinase, amylase dan hydrolase. Pektinase akan memecah dinding sel dan menyebabkan buah menjadi empuk. AMilase akan mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana. Hidrolase akan mendegradasi kandungan klorofil pada buah sehingga akan terjadi perubahan warna, papar Endy.
Dr. Indah Hartati, ST, MT Dosen Unwahas biasa disapa Indah mengungkapkan bahwa MCP akan berikatan dengan reseptor etilene sehingga akan menghambat pembentukan kompleks antara etilene dengan reseptor. MCP beraksi sebagai kunci sementara reseptor etilene beraksis ebagai gembok. Saat MCP masuk kedalam reseptor etilene, maka dia akan masuk seperti kunci masuk kedalam gembok, namun tidak dapat membuka gembok. Sementara  itu etilene merupakan kunci lain yang tidak akan bisa masuk ke dalam gembok jika di dalam gembok itu sudah terdapat kunci yakni MCP.