Kebutuhan bahan baku untuk produksi obat nasional di Indonesia, 90% masih dipenuhi melalui impor dengan nilai mencapai 11,4 triliun pada tahun 2018 (Kementrian Perindustrian, 2018).Â
Upaya peningkatan kemandirian dibidang kesehatan diantaranya melalui pengembangan produksi obat dan bahan baku obat berbasis keanekaragaman tanaman hayati Indonesia. Jahe (Zingiber officinale) dengan komponen bioaktif utama gingerol, shogaol, paradol dan zingeron memiliki berbagai efek farmakologi seperti: antikanker, antioksidan, antikarsinogenik dan antiosteoporosis.
Mohamad Endy Yulianto selaku Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip menyampaikan bahwa senyawa 6-gingerol dan 6-shogaol memiliki struktur kimia yang serupa, dan keduanya dikenal memiliki sifat bioaktif yang menguntungkan, namun 6-shogaol memiliki daya aktif lebih kuat.Â
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa 6-shogaol memiliki efektivitas yang lebih besar daripada 6-gingerol, seperti dalam aktivitas antioksidan, aktivitas anti-inflamasi, efek agregasi anti-platelet, menghambat kontraksi otot, menghambat kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker payudara dan kanker paru-paru.
Pengembangan produk 6-shogoal diantaranya melalui dehidrasi 6-gingerol menggunakan katalis asam seperti HCl atau p-toluenasulfonic. Nemun demikian berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan. Metode konversi 6-gingerol menjadi 6-shogaol tanpa katalis, namun konversi hanya 40% pada suhu 120 C selama 4 jam.Â
Dehidrasi gingerol menjadi shogaol dengan bantuan gelombang mikro yang digabungkan dengan bumbu makanan asam. Akan tetapi, tingkat konversi relatif rendah sebesar 58,6% pada suhu 140 C dan daya microwave 1000 W, jelas Endy.
Endy memaparkan bahwa pengembangan proses fotoekstraksi-uv dengan air subkritis mampu mengkonversi 6-gingerol menjadi shogaol secara maksimal dengan tingkat selektivitas shogaol cukup besar. Hal ini disebabkan sinar ultra violet berfungsi sebagai pengrusakan sel selular, proses degradasi dan konversi senyawa organik.Â
Air subkritis akan lebih mudah menyusup dan menembus dinding membran tonoplast setelah terjadi pengrusakan sel dan terjadi kontak fasa dengan senyawa 6-gingerol, shogaol, paradol dan zingeron di zona vokuola.
Pelarut non polar tersebut mendifusi ke luar sel dengan menyeret senyawa bioaktif jahe dan mengkonversi 6-gingerol menjadi shogaol akibat degradasi sinar UV yang dikatalisasi ion hidronium (H3O+) hasil autoinonisasi air subkritis.Â
Penggunaan air subkritis mampu menurunkan viskositas dan tegangan permukaan sehingga akan mendorong laju perpindahan massa, penyerapan ke dalam partikel matrik dan selektivitas meningkat, meningkatkan difusifitas hingga 10 kali lipat, tutur Endy.
Air subkritis juga berfungsi sebagai reaktan karena menghasilkan formasi ikatan kovalen baru dengan gugus OH. Air subkritis juga berfungsi sebagai pelarut karena memiliki kelarutan lebih tinggi seiring meningkatnya temperatur menyebabkan turunnya nilai konstanta dielektrik air.Â
Air subkritis akan meningkatkan peluang terjadinya reaksi pada fase homogen. Air subkritis menyebabkan konstanta ionisasi (Kw) meningkat seiring meningkatnya temperatur sehingga ikatan hidrogen melemah, terang Endy.
Endy mengungkapkan bahwa lemahnya ikatan hidrogen akan mengakibatkan autoionisasi air menjadi ion hidronium (H3O+) yang berfungsi sebagai katalis asam dan ion hidroksida (OH-) yang berfungsi sebagai katalis basa. Air subkritis mampu menurunkan energi aktivasi. Untuk itu, tujuan dari invensi ini adalah mendapatkan shogaol dari rimpang jahe melalui proses ekstraksi reaktif gingerol dengan menggunakan pelarut air pada kondisi subkritis.
Endy menambahkan bahwa melalui Paten Granted nya no IDS000007821 dengan invensi Ekstraksi Reaktif Gingerol menjadi Shogaol Jahe dengan menggunakan Air Subkritis, sangat prospek untuk dikomersialkan. Semoga dalam waktu dekat bisa komersialisasi Obat Herbal Terstandar (OHT) dari jahe, sehingga hasil riset ini bisa bermanfaat untuk masyarakat khususnya orang-orang yang berjuang untuk sembuh dari penyakit kanker, pungkas Endy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H