Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu konsep penting dalam machine learning, yaitu clustering. Jika sebelumnya kita sudah belajar tentang klasifikasi dan decision tree, dimana data dipetakan ke dalam kategori yang sudah di kenal, clustering mengambil pendekatan yang berbeda. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu clsutering, mengenal salah satu metode yang populer yaitu K-Means, serta membahas kapan dan mengapa kita harus menggunakan clustering dalam proyek machine learning.
Apa Itu Clustering?
Clustering adalah teknik dalam machine learning yang digunakan untuk mengelompokkan data yang mirip satu sama lain ke dalam satu kelompok atau "cluster" yang sama, tanpa label yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam klasifikasi, kita memiliki data yang sudah diberi label, seperti "Spam" atau "Tidak Spam" dalam kasus filter email. Namun, dalam clustering, kita tidak memiliki label ini. Algoritma clustering akan mencari pola dalam data dan membaginya menjadi kelompok - kelompok yang berbeda.
Bayangkan kita memiliki keranjang penuh buah-buahan, tetapi kita tidak tahu apa jenis buahnya. Clustering bertugas untuk mengelompokan buah-buahan yang mirip berdasarkan karakteristik mereka, misalnya berdasarkan ukuran atau warna. Hasilnya bisa berupa kelompk "apel","jeruk", dan "pisang" yang di pisahkan berdasarkan ciri-cirinya.
K-Means: Algoritma Clustering Populer
Salah satu metode clustering yang paling banyak digunakan adalahK-Means. Algoritma ini bekerja dengan membagi data menjadi K kelompok. "K" disini adalah jumlah cluster yang ingin kita buat. Lalu bagaimana cara kerjanya? Secara sederhana, berikut langkah-langkahnya:
- Menentukan Jumlah Cluster (K):Â Sebelum memulai, kita harus menentukan berapa jumlah cluster yang di inginkan.
- Memilih Centroids Secara Acak:Â Algoritma akan memilih titik awal yang disebut centroids, yang nantinya akan menjadi pusat dari tiap cluster
- Mengelompokan Data Ke Centroid Terdekat:Â Setiap data akan dihitung jaraknya dengan centroid yang ada, dan dimasukan ke cluster dengan centroid terdekat.
- Memperbaharui Centroid:Â Setelah semua data dikelompkan, centroid akan diperbarui berdasarkan rata-rata dari data dalam cluster tersebut.
- Ulangi Langkah 3 dan 4:Â Proses ini diulang sampai tidak ada perubahan besar lagi, atau cluster sudah stabil.
Contoh Sederhana K-Means:Â
Bayangkan kita ingin mengelompokkan pengunjung bioskop berdasarkan usia dan frekuensi kunjungan. Data yang kita miliki adalah usia (20,23,25,28,30,35,40) dan frekuensi kunjungan per bulan (3 kali, 5 kali, 2 kali, 6 kali, 4 kali, 7 kali, 9 kali). Dengan K-Means, kita bisa membagi mereka ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kemiripan dalam kedua variabel ini.
Kapan Harus Menggunakan Clustering?
Clsutering cocok digunakan dalam berbagai situasi, terutama ketika kita ingin mengeksplorasi data atau mencari pola tersembunyi. Beberapa contohnya adalah:Â
- Segmentasi Pasar:Â Mengelompokan pelanggan berdasarkan perilaku belanja atau preferensi produk.
- Analisis Genetik: Mengelompokan gen-gen berdasarkan pola ekspresi.
- Analisis Dokumen: Mengelompokan artikel berita berdasarkan tema atau topik
Kelebihan dan Kelemahan Clustering
Kelebihan :
- Tanpa Supervisi: Tidak memerlukan label pada data
- Menemukan pola yang tidak terlihat: Berguna untuk memahami struktur data yang kompleks.
- Dapat diterapkan pada banyak domain: Clustering bisa diterapkan dibanyak bidang seperti bisnis,biologi, atau analisis teks
Kelemahan :Â
- Menentukan jumlah cluster: Pada beberapa kasus, sulit untuk menentukan jumlah cluster yang tepat (nilai K)
- Sensitif terhadap outliers: Algoritma clustering seperti K-Means bisa sangat dipengaruhi oleh data yang tidak biasa atau outliers
- Tidak ada label pasti: Hasil clustering hanya menunjukan pengelompokan berdasarkan kesamaan, tapi tidak memberi tahu kita apa arti dari masing-masing kelompok.
Contoh Kasus: Segmentasi Pengunjung Bioskop
Bayangkan kita bekerja untuk bioskop yang ingin memahami segmen pengunjung berdasarkan usia dan frekuensi kunjungan. Kita memiliki data tentang pengunjung, termasuk usia mereka dan berapa kali mereka datang ke bioskop dalam satu bulan. Degnan menggunakan K-Means, kita bisa mengelompokan pengunjung ke dalam beberapa kelompok.
Misalnya, setelah proses clustering, kita menemukan ada 3 kelompok:
- Clsuter 1: Pengunjung muda yang sering menonton (20-30 tahun, 6-9 kali perbulan).
- Cluster 2: Pengunjung dewasa dengan frekuensi menonton sedang (30-40 tahun, 4-6 kali per bulan).
- Clsuter 3: Pengunjung dewasa atau tua yang jarang menonton (40-50 tahun, 1-3 kali perbulan).
Degnan informasi ini, bioskop bisa lebih memahami perilaku pengunjungnya dan melakukan strategi marketing yang lebih efektif, misalnya menawarkan diskon khusus baig pengunjung di Cluster 3 agar mereka lebih sering datang.
Kesimpulan
Clustering adalah teknik yang berguna untuk mengelompokan data yang tidak memiliki label. Dalam machine learning, ini sangat berguna ketika kita ingin memahami struktur data secara mendalam atau menemukan pola tersembunyi. Algoritma K-Means adalah salah satu metode paling populer untuk tugas clustering, tetapi kita harus berhati-hati dalam menentukan jumlah cluster dan menangani outliers.
Dengan pemahaman dasari ini, kamu bisa mulai bereksperimen dengan clsutering pada dataset-mu sendiri, misalnya untuk segmentasi pasar atau analisis perilaku pengguna. Machine learning membuka pintu untuk memecahkan banyak masalah dunia nyata, dan clustering adalah salah satu alat yang penting dalam perjalanan tersebut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H