Mohon tunggu...
Mohamad BirulWalidhain
Mohamad BirulWalidhain Mohon Tunggu... Guru - Guru Pondok Modern Darussalam Gontor

Penulis menggandrungi dan senantiasa menuangkan gagasan, pemikiran dan buah karya imajinatif dan atraktif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"HORROR" 4 Dimensi dalam 1 Malam

10 Juli 2024   12:04 Diperbarui: 10 Juli 2024   12:14 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sepanjang jalan BW tidak memejamkan matanya bercengkrama menikmati suasana baru dari Kawasan yang dia lihat dan menatap jauh corak kegiatan Masyarakat di sepanjang jalan.

Satu setengah jam berlalu semenjak dia bertolak dari kapal ,sekarang dia sudah menyaksikan Gapura Megah berdiri ditengahnya patung besar berbentuk “Parang Tolaki” yang mencerminkan symbol perjuangan dan kebersamaan dari Masyarakat desa Pudahoa ,desa di mana pondok berlokasi.

BW tiba di pondok saat adzan maghrib berkumandang segera ia bergegas menunaikan sholat dan merapikan perlengkapan dan bajunya  di asrama

Yang sudah di tentukan oleh Gurunya disana.

Waktu berlalu,dia mendapat tugas untuk melukis Baliho yang besar yang akan di gunakan pada upacara apel tahun pekan perkenalan pondok. Dia bersama teamnya di tempatkan di sebuah Aula lama bekas peninggalan Jambore Nasional yang dulu pernah di laksanakan di desa ini pada kurun tahun 1999-2000 .

Di Aula itu berdiri kokoh di atas danau yang luas dan masih di kelilingi oleh Perkebunan warga dan hutan yang masih rimbun.Suara pekikan dari kicauan burung dan berbagai hewan masih bergemuruh ,menambah suasana asri hutan

Dia dan bersama teamnya melukis segala kebutuhan property untuk acara yang di gelar di pondok selama acara pekan perkenalan.

Singkat waktu 1 bulan berlalu dan BW sudah menuntaskan pekerjaan yang sudah di bebankan untuknya. Dia pun ingin mengambi waktu istirahatnya ,karna memang selama 1 bulan dia merasa kurang tidur karna tuntunan pekerjaan yang menguras tenaga ,bahkan sering dia tidur pada jam 3 pagi karna terus melukis.

Kala itu terbenamnya matahari,waktu malam telah menghampiri .BW berjalan sendirian pada gelapnya malam hingga tiba pada pertigaan jalan di bawah bukit yang masih remang pencahayaan , dia melihat sekelabat bayangan hitam yang berjalan cepat di mukanya ,sehinga membuat jantungnya berdebar dan hatinya merasa takut dan cemas, “Pertanda buruk apa ini ?” ucapnya pelan dalam hati, Dia segera mempercepat langkahnya untuk segera sampai ke Aula di atas Danau, tempat temannya berkumpul.

Betapa kagetnya dia setelah menyaksikan Aula yang sebelumnya terang benderang kini hanya ada satu lampu warna kuning di tengah nya, menambah kesan mencekam dan membawanya ke nuansa penjajahan zaman Belanda karna memang plafon aula itu masih menggunakan gedek (anyaman bambu) sebagai plafonnya.

Tak mau larut dalam kecemasan dan ketakutan ia segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat Isya berharap dia akan merasa lebih tenang ….cerita akan berlanjut ke artikel selanjutnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun