Pada perayaan Idul Adha tahun ini aku sedang menengok anak dan menantu yang ada di Kudus.Â
Ini adalah perayaan Idul Adha pertamaku di Kota Kudus.Â
Pada malam takbiran aku berangkat ke masjid terdekat. Â Kebetulan jarak masjid dengan rumah kontrakan dekat sekali. Â Hanya berjarak beberapa meter saja. Â Masjid dengan rumah hanya terpisah oleh jalan setapak.Â
Di masjid itu aku belum kenal dengan siapa-siapa. Â Tapi karena malam takbiran masak sih tidak ikut takbiran di masjid? Â Sebagai orang dewasa mestinya ikut melalkukan takbiran, Â apalagi aku tidak punya aktivitas malam itu.Â
Sesampai di masjid ada sesseorang yang kebetulan sedang ada di serambi depan. Â Kami saling bersalaman dan berkenalan.Â
Namanya Pak Zaenal. Â Kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah menantuku. Â Tepatnya rumah dia ada di sisi kanan rumah menantu.Â
Aku disuguhi minuman teh gelas dan air putih gelasan. Â Ada juga aku disuguhkan bakso dalam kemasan plastik yang ditaruh di atas piring. Aku diminta untuk menikmatinya.Â
Dengan senang hati aku terima semua suguhan itu. Dia sudah berusaha menghormati tamu dengan suguhan yang baik. Â Aku pun ingin membalas memberikan kebahagian buat dia dengan segera menyantap suguhan sampai habis.Â
Setelah itu kami berbincang-bincang seputar keluarga dan acara perayaan besok harinya.Â
Aku bertanya kepada Pak Zaenal, "Besok masjid ini menyembelih apa untuk korban?Â
"Lima kerbau dan delapan kambing? ," jawab Pak Zaenal.Â
"Kok kerbau, Â bukan sapi? "
"Bukannya tidak ada sapi di Kudus, Â sapi tetap ada. Â Cuma kami warga Kudus masih menghormati Njeng Sunan (Kudus). Â Dulu njeng Sunan berpesan untuk tidak menyembelih sapi. Â Baik menyembelih hanya sekedar dikonsumsi ataupun untuk acara korban. "
"Untuk apa kita melakukan korban untuk ritual keagamaan, Â sementara tetangga kita ada yang tersakiti. Â Kita warga muslim harus menghormati keyakinan dan kebudayaan umat lain (Hindu)," begitu kurang lebih pesan njeng Sunan kepada umat. Â Panjang lebar Pak Zaenal menjelaskan.Â
Sebagaimana yang sudah diketahui oleh khalayak bahwa sapi adalah binatang suci bagi pemeluk agama Buda. Â Demi menghormati keyakinan umat lain ini sarga Kudus melestarikannya sampai sekarang.Â
Walaupun saat ini umat Buda di Kota Kudus dan sekitarnya mungkin hanya tinggal beberapa saja. Â Aku tidak tahu persisnya berapa jumlah umat Buda di kota Kudus.Â
Jadi kelangkaan sapi di Kudus bukan karena tidak ada barangnya, Â namun karena kepercayaan dan kepatuhan warga Kudus terhadap pesan Jeng Sunan yang masih dipegang kuat hingga kini.Â
Maka sebagai gantinya untuk keperluan konsumsi daging dan binatang kurban diganti dengan kerbau.Â
Rendang,  bakso,  sate dan abon di Kota Kudus terbuat dari daging Kerbau. Anda tak percaya? Silahkan datang ke Kota Kudus dan buktikan. Kalau ada mungkin sedikit sekali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H