Mohon tunggu...
mohamad bajuri
mohamad bajuri Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru bloger

Tenaga pendidik di MTsN 3 Kebumen Jateng

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Calon Eyang, Pesan Tukang Batu (Bagian 4)

29 Juni 2022   09:46 Diperbarui: 29 Juni 2022   10:03 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maha karya pemahat batu pada candi Prambanan.  Dokpri. 

Dengan menyebut asma Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Melanjutkan kisah sebelumnya pada bagian 3

Akhir bagian 3 tukang batu bercerita berziarah ke makam Sunan  Kudus. 

"Aku tak tahu Pak Guru,  ini hanya imajinasiku atau apa.  Aku tak tahu.  Dalam pandangan mataku,  aku melihat makhluk setinggi pohon kelapa berdiri di depan gerbang pintu makam.  Lalu aku ucapkan salam kepadanya. "

"Lama kelamaan makhluk itu mengecil hingga berwujud seringgi manusia normal.  Dia melarangku untuk masuk ke area pemakaman. "

"Lagi-lagi aku dibuat takjub. Karena masya Allah,  para wali menyambutku di pintu gerbang.  Semua waliyulloh datang menyambutku.  Dan area pemakaman penuh dengan orang orang yang berpakaian serba putih."

"Entahlah,  aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.  Akhirnya aku pun tak bisa masuk ke pemakaman.  Aku hanya berziarah dari depan pintu gerbang. "

"Aku bingung pada diriku sendiri. Aku kan hanya manusia biasa.  Hanya tukang batu,  bukan kyai atau turunan kyai.  Aku bukan orang terhormat. Mengapa aku mendapatkan kehormatan seperti itu? "

"Entahlah aku tak tahu?! "

Sementara aku hanya menyimak cerita tukang batu itu dengan seksama.  Aku juga jarang menyela.  Aku biarkan dia bercerita tanpa terganggu dengan kata-kata ku.  Paling aku hanya mengangguk mengiyakan atau menggeleng keheranan. 

"Begitu ceritaku di Kudus kemarin,  Pak Guru?! "

"Oh cerita yang luar biasa Mas.  Jarang orang mengalami kejadian seperti itu.  Kalau bukan orang pilihan tak mungkin Mas. "

"Jangan terkecoh dengan cerita aku Pak Guru,  aku hanya tukang batu. Orang cilik.  Aku juga bukan siapa-siapa.  Anggap saja itu cerita angin lalu ya... "

"Ya Mas.  Aku tahu siapa panjenengan. "

Begitulah akhir cerita pesan tukang batu.  Anggap saja itu hanya cerita belaka.  Dan aku sendiri (penulis)  tidak ada niatan untuk menggurui pembaca.  Aku hanya mengisahkan kembali apa yang aku dengar kemarin.  

Jadi aku (penulis)  mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan ini.  Semoga ada manfaatnya.  

Salam literasi salam blogger

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun