Mohon tunggu...
mohamad bajuri
mohamad bajuri Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru bloger

Tenaga pendidik di MTsN 3 Kebumen Jateng

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Bawah Terang Bulan

23 Juni 2022   21:40 Diperbarui: 23 Juni 2022   21:48 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bulan.  Dokpri

Hadirnya bulan pada malam hari sangat lah ditunggu saat dulu aku masih kanak-kanak.  Bulan menjadi penerang satu-satunya di luar rumah saat kami bermain. 

Sehabis mengaji kami pulang sebentar ke rumah hanya sekedar mengembalikan peci atau pun minum. Kalau ada makanan ringan yang tersedia di makan.  Kalau tak ada ya apa boleh buat,  minum air putih pun cukup. 

Setelah itu kami pamit orang tua untuk bermain.  Kawan-kawan sudah menunggu di pelataran rumah uwak Kaum. 

Kawan yang bermain biasanya yang rumahnya berdekatan saja.  Kalau dihitung sekitar kurang dari dua puluh anak. Laki-laki dan perempuan kumpul untuk bermain. 

Permainan tradisional favoritnya botolan.  Mungkin di lain daerah ada yang menamakan betengan,  dung dungan atau istilah yang lain lagi. 

Intinya kami dibagi menjadi dua tim yang bertanding.  Untuk menentukan tim kami harus sut dulu.  Menang dengan menang, kalah dengan kalah. 

Ada rumah atau benteng yang harus dijaga.  Kesatuan dan kesolidan sebuah tim sangat menentukan dalam meraih kemenangan. 

Ada yang mengatur siapa yang harus tunggu benteng,  siapa yang menjadi umpan,  dan siapa yang mengejar.  Ada juga yang ditugasi untuk mendududki benteng lawan dengan diam diam. 

Pemain yang maju terlebih dulu bila disentuh oleh pemain lawan yang keluar bentengnya setelahnya maka menjadi tawanan. 

Banner Kamis Menulis Grup Lagerunal
Banner Kamis Menulis Grup Lagerunal

Tawanan akan berdiri di depan benteng lawang.  Tawanan ini akan bebas jika ada temannya yang berhasil membebaskannya.  Caranya hanya dengan menyentuh tawanan tersebut. 

Namun jika tawanan tersebut dalam pelariannya tersentuh pemain lawan ya harus menjadi tawanan lagi. 

Masing-masing tim berusaha untuk mematikan lawan dengan cara menyentuh. Pemain yang kena sentuh pemain lawan menjadi mati atau menjadi tawanan lawan.  

Semakin banyak pemain yang menjadi tawanan maka semakin mudah menduduki benteng lawan.  

Cara menduduki benteng lawan yaitu dengan cara menginjakkan kakinya di benteng lawan. Biasanya anak yang berhasil menduduki benteng lawan berteriak keras, "botollllllll".

Bila benteng sudah diduduki lawan maka permainan akan kembali seperti semula.  Tawanan kembali lagi ke rumah.  Jadi tim bermain dengan seluruh anggotavtim. 

Kemenangan dihitung berdasarkan banyaknya menduduki benteng lawan. 

Untuk bermain botolan ini kami tidak takut untuk lari di kegelapan,  berlari sendirian di belakang rumah.  Kali juga tak takut bersembunyi di grumbul semak pada malam hari. 

Saking asyiknya kami bermain hingga pukul sepuluh malam.  Permainan berhenti karena sudah malam.  Kadang juga ada orang tua yang memanggil anaknya untuk segera pulang. 

Nah kalau sudah ada pemain yang undur biasanya kami kurang semangat untuk bermain botolan.  Kami pun ikut bubar.  Permainan selesai. 

Kami ada yang pulang ke rumah. Kalau anak laki-laki biasanya pulang ke langgar atau mushola.  Kami anak laki-laki hampir semuanya tidur di mushola. 

Begitulah permainan tradisional saat terang bulan. Kalian bermain apa saat terang bulan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun