Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kampoeng Baca Pelangi Narmada, Anak-anak Punk dan Hikmah di Balik Gempa

30 Januari 2025   10:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   08:16 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpoto bersama di depan Perpustakaan Kampoeng Baca Pelangi Narmada (Sumber Ahyar Zaki)

Dua orang gadis kecil yang masih duduk di bangku TK setempat datang dengan pakaian bermain. Rupanya mereka pengunjung setia perpustakaan KBP.

Sekitar 25 sampai 30 menit Opik menyempatkan diri membersamai anak-anak. Dia mengajak mereka berdialog, berbagi cerita, dan memberikan motivasi kepada anak-anak agar rajin belajar dan membaca. Opik juga menyediakan hadiah kecil kepada anak-anak yang dapat menceritakan kembali isi bacaan dan menjawab pertanyaannya. 

Bermula dari Nongkrong dan Gempa

Sebelum membersamai anak-anak, Opik menemani kami berbincang sejenak di bawah gazebo halaman rumahnya dan bercerita tentang KBP. Berdasarkan informasi dari perbincangan itu dan film pendek yang diunggah pada akun instagram dan chanel YouTube KBP, perjalanan Opik cukup panjang untuk sampai pada pencapaian KBP saat ini. 

Kehadiran KBP sebenarnya bermula dari tongkrongan anak-anak muda Mataram di sebuah kedai kopi. Mereka merupakan sekelompok anak-anak muda yang diikat oleh selera yang sama. Anak-anak muda penuh energi itu melabeli dirinya dengan nama East Warrior, sebuah komunitas musik berskala lokal di kota Mataram. Komunitas ini terdiri dari anak-anak muda penggemar genre musik punk, salah satu kategori musik dengan ciri tempo cepat dan hentakan drum yang terdengar berantakan.

Atas ajakan temannya, Opik mulai ikut nongkrong dan berkenalan dengan anak-anak East Warrior. Dalam komunitas itu Opik merasakan semacam kenyamanan, setidaknya karena dua hal, suka pada warna musik yang sama dan rasa persaudaraan anak-anak punk itu.

Pada umumnya perspektif kebanyakan orang terhadap anak-anak punk seperti East Warrior identik dengan penampilan kumuh, kumal, dan urakan. Akan tetapi, di tengah cara pandang masyarakat yang menilai kualitas hidup seseorang berdasarkan penampilan, Opik melihat sesuatu yang berbeda dalam kehidupan East Warrior. Anak-anak punk East Warrior ternyata memegang teguh nilai-nilai humanisme yang ditunjukkan dengan kejujuran, rasa kebersamaan, setia kawan, dan sikap empati kepada sesama. 

Bertahun-tahun Opik melebur dalam lingkaran anak-anak East Warrior. Bersama mereka Opik mendengar dan bermain musik, mengadakan konser kecil (gig), membuat lagu, melakukan aksi sosial, atau sekadar menikmati kopi bersama, dan berbagai aktivitas lain yang mengikat mereka dalam persaudaraan. Opik menikmati pergaulan itu.

Dalam perjalanan waktu, tahun 2018 gempa dahsyat melantakkan  sebagian wilayah daratan Lombok, Pulau Seribu Masjid. Dusun Merce, Desa Selat, lokasi KBP dimana Opik lahir dan tumbuh besar, menjadi salah satu tempat yang cukup berdampak. Gempa itu mengakibatkan kerusakan fisik dan meninggalkan trauma mendalam bagi warga terutama anak-anak. 

Saya sendiri masih ingat kala itu bagaimana bayangan menakutkan akibat gempa dirasakan oleh semua orang sehingga memaksa semua keluarga mengungsi ke tenda-tenda yang dibangun di halaman rumah dan tanah lapang.

East Warrior berinisiatif menggalang dana untuk memberikan bantuan untuk korban gempa. Taufik sendiri bergabung dengan sebuah NGO dan bergegas ke Lombok Utara yang mengalami dampak paling banyak dan paling parah. Opik mengambil bagian dari aksi penanggulangan bencana dengan memberikan trauma healing terutama kepada anak-anak korban bencana. 

Di lokasi bencana, Opik melihat NGO tidak saja memberikan bantuan trauma healing. Lebih dari itu, NGO melakukan bimbingan belajar dan menyediakan buku-buku pelajaran dan buku bacaan untuk anak-anak korban gempa. Apa yang dilakukan relawan itu tidak lepas dari dampak kerusakan berbagai fasilitas termasuk bangunan sekolah sebagai sarana utama pendidikan.

Membentuk Kampoeng Baca Pelangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun