Zoning out dapat muncul dalam setiap aktivitas tanpa mengenal ruang dan waktu, tidak terkecuali saat membaca. Zoning out atau melamun akan menjauhkan seseorang dari kemampuan untuk memahami isi bacaan.
Berhadapan dengan sebuah tulisan, seorang pembaca bisa saja komat kamit membunyikan dengan lancar kata dan kalimat tetapi belum tentu pikirannya dapat mencerna dan menangkap makna yang terkandung di dalamnya.
Mengerucutkan pikiran untuk menangkap pesan-pesan dalam bacaan tidak selalu mudah. Salah satunya bisa disebabkan oleh faktor intrinsik bacaan bacaan itu sendiri. Saya sendiri kerap mengalami kesulitan memahami isi bacaan tertentu. Biasanya kesulitan itu muncul ketika saya berhadapan dengan materi bacaan yang berat, semisal, bacaan yang berbau filsafat atau bacaan lain yang menggunakan kalimat-kalimat metaforik dan berbelit-belit. Saya harus membaca berulang kali untuk memahami kehadiran sebuah diksi, komposisi kalimat yang panjang, atau memaknai hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf.
Penyebab zoning out lainnya dapat terjadi ketika seorang pembaca dihadapkan pada kondisi psikologis, gangguan fisik, dan gangguan lingkungan saat membaca.
Secara psikologis, Zoning out saat membaca dapat timbul ketika berhadapan dengan masalah hidup sehari-hari. Tidak hanya saya, semua orang akan mengalami hal serupa ketika mengalami kesulitan keuangan, berhadapan dengan tuntutan pekerjaan, konflik rumah tangga, ketegangan hubungan pertemanan, dan berbagai masalah lain.
Kelelahan, lapar, ngantuk, atau sakit merupakan faktor gangguan fisik yang juga dapat mempengaruhi aktivitas membaca, di samping faktor gangguan lingkungan, seperti, ruang yang bising atau cuaca yang tidak bersahabat.
Hal-hal di atas akan membuat pikiran seseorang mengalami multi task saat membaca. Alih-alih memahami pesan-pesan yang terkandung dalam bacaan, proses membaca yang kita lakukan hanya sebatas mengartikulasi rangkaian huruf tanpa memiliki pemahaman tentang substansi teks.
Menulis mengusir zoning out
Menulis dapat diandaikan sebagai “kontra” dari membaca. Jika membaca (dan mendengar) ditempatkan sebagai proses reseptif atau penerimaan pesan, menulis berada pada ujung yang berlawanan, menyampaikan pesan. Pesan-pesan itu dapat bersumber dari pengalaman atas peristiwa atau kejadian yang ditemukan seseorang. Sumber lainnya berasal dari informasi tekstual atau bacaan.
Menulis dan membaca merupakan dua hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Seorang penulis membutuhkan sumber informasi sebagai bahan tulisan dan ini hanya didapatkan melalui membaca.
Membaca sebagai kebutuhan untuk menulis akan memaksa seseorang berusaha mendapatkan pemahaman yang jelas tentang sebuah bacaan. Hal ini akan mendorong seseorang membaca sebuah teks secara serius dan berkonsentrasi pada isi bacaan.
Secara teknis ada banyak tips yang memberikan ulasan tentang cara-cara yang ditempuh untuk menghilangkan zoning out saat membaca. Sebelum membaca seseorang dapat menetapkan tujuan membaca, memilih jenis bacaan, memilih tempat serta waktu yang tepat, dan lain-lain.