Dalam pengertian dangkal (sederhana) membaca adalah kegiatan melafalkan rangkaian huruf yang tersusun dalam kata-kata dan kalimat yang membentuk sebuah bacaan. Lebih dari itu, dalam arti yang lebih dalam dan kompleks, membaca adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memahami pesan yang disampaikan oleh orang lain (penulis) melalui tulisan atau bacaan.
Dari sisi ragam interaksi, membaca dapat diandaikan sebagai salah satu bentuk komunikasi tidak langsung antar individu yang melibatkan komunikator atau penyampai pesan (penulis) dengan komunikan atau penerima pesan (pembaca). Dalam proses komunikasi itu pembaca sebagai penerima pesan dituntut untuk memahami pesan-pesan yang tersurat dan tersirat dalam bacaan yang disampaikan penulis.
Berhadapan dengan bacaan tertentu tidaklah mudah untuk memahami isinya. Pada titik ini, Herlinyanto (2015) menegaskan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit. Membaca tidak sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Membaca sebagai aktivitas visual berarti, kecuali bagi para tuna netra, merujuk kepada kerja indra visual atau mata untuk memindai simbol (huruf) yang menyusun baris-baris teks, menangkap informasi visual yang disertai dengan penafsiran atas makna yang terdapat di dalamnya. (Sumber artisanpediatriceyecare.com)
Membaca sebagai proses kognitif berarti bahwa membaca bukanlah sebatas, mengartikulasikan huruf atau simbol-simbol menjadi bunyi, tetapi juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks. Ketika sedang membaca, seseorang mengalami proses mengingat, menilai, menafsirkan makna bacaan, untuk selanjutnya membentuk pemahaman secara menyeluruh dan koheren.
Dalam konteks psikolinguistik, melalui proses yang rumit, aktivitas membaca melibatkan kerja mental yang diawali dengan proses visual terhadap simbol atau huruf. Pesan-pesan visual itu kemudian ditransfer ke otak untuk mengalami proses dekoding atau pemaknaan simbol-simbol yang membentuk kata, kalimat (struktur dan konteks), paragraf, hingga teks secara utuh. Psikolinguistik menuntut otak bekerja mengintegrasikan setiap kata dan kalimat menjadi sebuah pemahaman yang utuh.
Hal penting lainnya dalam membaca adalah keterlibatan metakognisi. Dilansir dari www.gemmlearning.com, metakognisi yang paling sederhana digambarkan sebagai "berpikir tentang pemikiran seseorang" atau "mengetahui tentang pengetahuan”.
Dalam membaca, metakognisi merupakan sebuah situasi dimana pembaca dapat berpikir kritis tentang pemahamannya sendiri saat melakukan kegiatan membaca. Keterlibatan metakognisi seorang pembaca adalah ketika ia menyadari sejauh mana batas pemahamannya tentang materi bacaan. Para ahli meyakini bahwa kesadaran metakognisi akan memungkinkan seseorang mengatur strategi dan teknik membaca agar dapat memahami isi bacaan.
Zoning out saat membaca
Zoning out dapat didefinisikan sebagai situasi di mana seseorang merasa terputus dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Secara sederhana, "zoning out"--ada yang menyebutnya "spacing out"--dapat dipadankan dengan kata melamun.
Dikutip dari verywellhealth.com, saat melamun, ada kemungkinan seseorang sedang tidak menyadari tentang apa yang sedang dilakukan. Bahkan, mungkin dia tidak ingat bahwa sedang duduk atau berdiri di sebuah tempat. Dalam kondisi zoning out, seseorang kehilangan kemampuan memfokuskan pikiran.