Di kalangan kompasianer, siapa yang tidak kenal dengan pasangan suami istri Kompasianer senior, Bapak Tjiptadinata Efendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata? Mereka merupakan pasangan suami istri yang menjadi anggota kompasiana dan termasuk paling rajin menulis.
“Ayahanda Tjip” dan “Ibunda Rose", demikian saya menyapanya dalam interaksi lewat komentar artikel, merupakan pasangan yang memberikan inspirasi banyak orang. Bagi yang tidak pernah bertemu seperti saya, inspirasi itu dapat dibaca melalui tulisan-tulisannya.
Pasangan suami istri “sehidup semati” ini banyak mengajarkan nilai-nilai hidup berdasarkan pengalamannya menjalani pahit getirnya kehidupan. Melalui tulisannya Pak Tjip dan Ibu Rose banyak bercerita tentang perjuangannya menjalani dunia yang keras sampai keduanya berada pada titik kemapanan saat ini.
Perjalanan hidup Pak Tjip sendiri sangat berliku. Beliau pernah berada pada titik nadir, sebuah situasi paling sulit dalam masa hidupnya.
Keharmonisan Pasangan
Satu hal yang mengesankan dari pasangan ini adalah keharmonisannya. Mungkin saja tidak menutup kemungkinan pak Tjip dan Bu Rose pernah mengalami konflik sebagai suami istri. Namun saya belum pernah membaca sepatah katapun diumbar dalam tulisannya.
“Kami Selalu Bersama setelah Pensiun” merupakan judul salah satu artikel pendek yang ditulis Pak Tjip di Kompasiana. Secara tersirat Pak Tjip bercerita tentang kesetiaan dan cinta yang dijalani dengan penuh kegembiraan bersama istri tercintanya, Ibu Roselina.
Pak Tjip menulis bahwa saat masih mengurus bisnis mereka bekerja bersama dan berbagi tugas. Saat masih aktif menjalankan perusahaan, beliau tidak saja memimpin perusahaan tetapi juga sekaligus menjadi pekerja bersama istrinya. Ini semua itu merupakan wujud keharmonisan pasangan suami istri.
Setelah pensiun kehidupan harmonis itu makin terjalin. Pak Tjip menulis,
Baca juga: Lelansuk, Real Food dari Lombok“Tetapi setelah pensiun, kemana mana kami selalu berdua. Kami menjalani hidup seperti dulu sewaktu masih muda. Belanja bersama, jalan jalan, olahraga serta pekerjaan rumah tangga kami lakukan bersama.”
Pasangan Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata mengingatkan saya pada ayah dan ibu saya. Setelah kepergian ibu, ayah menunjukkan rasa kehilangan yang dalam. Ayah sering mengungkapkan bahwa "...semakin lama usia pernikahan semakin erat hubungan pasangan suami istri". Kalimat itu kerap diulang-ulang Ayah saya.
Saya memastikan bahwa semakin lanjut usia pasangan suami istri, rasa cinta itu semakin menguat seiring perjalanan waktu. Rupanya itu jua yang dirasakan Pak Tjip dan Ibu Rose dalam biduk rumah tangganya mengarungi samudera ruang dan waktu hingga memasuki usia pernikahan hingga tahun ke 60.
Pak Tjip dan Bu Rose menunjukkan kepada kita bahwa rahasia kelanggengan rumah tangga adalah dengan memegang kukuh janji kesetiaan. Janji yang diucapkan saat pernikahan di gereja itu dituliskannya dalam artikel “Perjalanan Panjang Menuju 60 Tahun Pernikahan”.
“Hingga kini setiap hari kami selalu berdua. Saya tidak akan hadir dalam acara apapun bila tidak bersama isteri,”
Demikian pak Tjip menuliskan ungkapan kesetiaannya bersama Ibu Rose. Bagi saya ini bagian yang paling menyentuh. Usia pernikahan pasangan ini terus menua tetapi rasa cinta dan kasih sayang yang terus tumbuh. Fisiknya mungkin menyusut sejalan dengan usia tetapi kesetiaan pasangan itu terus menerus mengalami regenerasi bagai sel-sel hidup manusia muda dalam masa pertumbuhan.
Itu hanya sebagian kecil dari serakan tulisan Pak Tjip tentang wujud kesetiaan yang membawanya berlayar selama 60 tahun dalam samudera pernikahannya. Ketulusan, cinta, dan saling pengertian yang selalu terjaga membuat mereka menjadi pasangan yang tak terpisahkan.
Hal yang sama diperlihatkan oleh Ibu Rose. Beberapa artikel Bu Rose memperlihatkan kebersamaan dengan Pak Tjip pada berbagai kesempatan, mulai dari menghadiri acara pesta sampai jalan-jalan keliling Australia sebagai negara tempat tinggal mereka. Beberapa kebersamaan lain ditunjukkan saat pulang ke Indonesia dan keliling Eropa.
Makna pernikahan 60 tahun
Pernikahan 60 tahun adalah sebuah pencapaian luar biasa yang merepresentasikan cinta, komitmen, dan ketahanan hubungan yang sangat kuat. Dalam budaya banyak masyarakat, usia pernikahan ini sering disebut pernikahan berlian.
Mengapa disebut berlian? Berlian dikenal sebagai batu permata yang paling keras dan abadi. Sama seperti berlian, pernikahan yang bertahan selama 60 tahun juga melambangkan kekuatan, keindahan, dan ketahanan cinta yang tak tergoyahkan oleh waktu.
Pernikahan dengan usia 60 tahun Pak Tjip dan Ibu Rose merupakan bukti cinta yang bertahan melewati berbagai rintangan dan perubahan. Ini memerlukan komitmen yang kuat sehingga tak tergoyahkan satu sama lain dalam menjalani bahtera rumah tangga dalam suka dan duka.
Pak Tjip dan Ibu Rose telah melewati perjalanan panjang kebersaamaan dalam ikatan pernikahan hingga 60 tahun. Ini merupakan bukti tak terbantahkan bahwa jalinan hubungan yang sehat dan bahagia dapat bertahan.
Selamat ulang tahun pernikahan ke 60 Ayahanda Tjptadinata Effendi dan Ibunda Roselina Tjiptadinata. Semoga selalu sehat, damai, dan panjang umur sampai akhir perjalanan.
Lombok Timur, 10-10-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H